Artificial Intelligence (AI) adalah alat yang sangat pintar. Bahkan banyak sekali aplikasi bimbingan belajar berbasis AI. Bagaimana situasi dunia pendidikan di tengah pesatnya kemajuan teknologi ini?
UNESCO melakukan survei global terhadap lebih dari 450 sekolah dan universitas di Afrika, Timur Tengah, Asia, Pasific, Eropa, Amerika Utara, dan Amerika Latin. Hasil dari survei yang dilakukan pada tanggal 4-19 Mei 2023 itu menyatakan bahwa kurang dari 10% institusi pendidikan memiliki kebijakan kelembagaan atau panduan formal mengenai pemanfaatan teknologi berbasis AI.
“Hasil survei menunjukkan bahwa kita masih sangat bingung dalam hal penerapan AI dalam bidang pendidikan,” ujar Sobhi Tawil, Director for the Future of Learning and Innovation UNESCO.
Hasil survei tersebut menggambarkan ketidakpastian dalam menanggapi perkembangan AI yang pesat dan kuat, yang dapat memberikan respons yang mirip dengan respons manusia. Dalam hal ini termasuk ringkasan, esai, surat, kode pemrograman, seni, dan banyak lagi. Bahkan saat ini, teknologi berbasis AI mampu mencetak nilai tertinggi pada tes standar utama, termasuk ujian masuk universitas dan penilaian untuk kredensial profesi, seperti dokter dan pengacara.
Kebijakan, yang mengatur penggunaan dan penyalahgunaannya dalam bidang pendidikan, seharusnya terlebih dahulu terbentuk di tingkat kelembagaan sebelum ditorehkan di tingkat kota/kabupaten, provinsi, dan nasional. Dari hasil survei UNESCO tersebut ditemukan banyak institusi pendidikan yang masih berusaha (dan belum) menemukan keseimbangan dalam hal ini, dan masih mempertimbangkan bagaimana mereka harus merespons teknologi AI ini.
Kita tidak mungkin menghindari teknologi untuk pembelajaran. Namun pemanfaatannya harus mempertimbangkan risiko pelanggaran regulasi, plagiasi, dan etika akademis.
Shiyan Jiang, Assistant Professor of Learning, Design and Technology North Carolina State College of Education, mengadakan sebuah penelitian tentang pemberdayaan AI dalam pendidikan. Berikut adalah hal-hal yang harus diketahui pendidik tentang etika dan pemanfaatan AI dalam ruang kelas:
- AI untuk asesmen siswa. AI dapat memberikan penilaian terhadap kinerja siswa dengan lebih akurat dan tepat waktu. AI juga dapat membantu menganalisis data tentang perilaku siswa, keterlibatan dan hasil belajar, serta memungkinkan pendidik untuk mengidentifikasi kelemahan dan menyesuaikan cara mereka mengajar.
- AI untuk personalisasi. AI dapat membantu pendidik mempersonalisasi pembelejaran untuk tiap siswa dengan menganalisis kebutuhan pembelajaran dan kinerja mereka. Pendidik dapat menggunakan informasi ini untuk menyesuaikan pelajaran sesuai dengan kebutuhan setiap siswa, dan membantu mereka belajar lebih efektif.
- Etika AI dan potensi bias. Pendidik harus memahami tentang etika pemanfaatan AI dan potensi bias yang mungkin muncul saat menggunakan AI di kelas. Dengan memahaminya, pendidik bisa:
- Melindungi privasi siswa. Sistem AI dapat mengumpulkan dan menganalisis data siswa dalam jumlah besar, termasuk informasi sensitif seperti data demografis dan ketidakmampuan belajar. Pendidik perlu memahami bagaimana data ini dikumpulkan, disimpan, dan digunakan untuk memastikan bahwa privasi siswa terlindungi.
- Memastikan keadilan. Sistem AI juga dapat memengaruhi hasil asesmen terhadap siswa, seperti nilai dan penerimaan di perguruan tinggi. Pendidik harus memastikan bahwa sistem AI yang digunakan adil dan tidak mendiskriminasi kelompok siswa tertentu.
- Menumbuhkan dan Memastikan Siswa Menjadi Warga Digital yang Baik. Karena sekarang AI sudah jamak digunakan di masyarakat, penting bagi pendidik untuk mengajarkan kepada siswa tentang pertimbangan etis penggunaan AI, termasuk masalah bias dan privasi. Hal ini akan membantu siswa menjadi warga digital yang bertanggung jawab dan dapat membuat keputusan yang tepat dan benar.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana kita mengajarkan pada siswa tentang pemanfaatan AI yang bertanggung jawab?
University of North Carolina at Charlotte menyebutkan ada dua prinsip strategi dalam hal ini, yaitu prinsip etis dan prinsip kognitif. Berikut adalah penjabarannya:
Prinsip Etis
Penggunaan AI oleh siswa harus transparan dan sejalan dengan kebijakan institusi demi integritas akademik. Oleh karena itu, penting bagi institusi pendidikan untuk terlebih dahulu pedoman dan panduan penggunaan AI di tingkat lembaga.
- Biasakan bicara dan diskusi tentang AI dengan siswa. Hal ini akan mendorong mereka untuk jujur tentang bagaimana mereka menggunakannya dalam pekerjaan mereka.
- Bersikap langsung dan transparan tentang alat apa yang boleh digunakan oleh siswa, dan tentang alasan pembatasan apa pun. Jika Anda memutuskan untuk mengizinkan siswa menggunakan AI, dorong siswa untuk juga bersikap transparan tentang penggunaan AI dalam pekerjaan mereka.
Contoh implementasinya adalah sebutkan dengan jelas tentang pemanfaatan AI dalam silabus Anda. Misalnya:
- Kolaborasi dengan ChatGPT atau alat AI lainnya tidak diizinkan dalam mata pelajaran ini.
- Kolaborasi dengan ChatGPT atau alat AI lainnya diizinkan dalam mata pelajaran ini dengan deskripsi dan dokumentasi yang jelas tentang cara penggunaannya dan untuk tujuan apa.
- Siswa harus mendapatkan izin dari Guru sebelum berkolaborasi dengan ChatGPT atau alat AI lainnya dalam mengerjakan tugas-tugas pada mata pelajaran ini.
Prinsip Kognitif
Siswa harus memahami bahwa bekerja dengan AI itu seharusnya membantu dan memfasilitasi pembelajaran, dan bukan menjadi penghalang atau alasan siswa untuk tidak belajar.
- Bingkai ulang pemanfaatan AI di kelas.
Mengontrol atau mendeteksi penggunaan AI untuk pengerjaan tugas mungkin sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, lebih baik kita fokus pada bagaimana AI memungkinkan kita mencapai hasil yang diinginkan dengan cara yang lebih baik.
Contohnya, mintalah siswa terlibat secara kritis dengan AI untuk memahami kemampuan dan keterbatasan mereka. Bersikaplah transparan tentang bagaimana tugas-tugas yang diberkan di kelas bertujuan untuk pembelajaran jangka panjang. Nilai atau hasil akhir bukanlah segala-galanya, yang lebih penting adalah proses pembelajaran itu sendiri, sehingga siswa benar-benar memahami apa yang dipelajari, bukan sekedar untuk mendapatkan nilai yang tinggi.
- Sesuaikan rancangan tugas-tugas yang diberikan pada siswa.
Perubahan dalam rancangan dan struktur tugas dapat meningkatkan pembelajaran siswa dan secara substansial dan mengurangi potensi masalah integritas akademik.
Contoh implementasi:
- Gunakan tugas dan penilaian autentik yang lebih relevan untuk siswa.
- Gunakan format tugas menulis yang berbeda dari waktu ke waktu.
- Gunakan sistem umpan balik yang reguler, baik dari guru maupun sesama siswa.
- Secara spesifik justru meminta siswa untuk menggunakan alat AI tertentu untuk mendukung pengerjaan tugas.
- Gunakan cara-cara alternatif bagi siswa untuk merepresentasikan pengetahuan mereka di luar teks, misalnya dengan meminta siswa mempresentasikan pekerjaan mereka, dan adakan diskusi atau bahkan debat di dalam kelas.
- Instruksikan siswa untuk menggunakan sumber-sumber referensi yang tidak dapat diakses oleh AI, misalnya:
- Hanya menggunakan penelitian dan studi yang dibuat antara tahun 2022 hingga 2023.
- Hanya menggunakan penelitian dan studi yang pernah dibahas di kelas.
Dalam artikel ini REFO lebih spesifik membahas AI dalam bidang pendidikan. Nantikan artikel dan unggahan REFO lainnya tentang AI, yang akan lebih terkhususkan lagi untuk pendidik dan peserta didik, juga orang tua murid.
Pastikan terus ikuti perkembangannya di Blog REFO, Instagram, dan YouTube.
Penulis: Astrid Prahitaningtyas
Artikel terkait:
- Artificial Intelligence (AI): Rekomendasi dan Pedoman Etika Pemanfaatannya
- Artificial Intelligence (AI): Mengungkap Fakta di Balik AI dan Strategi Menghadapinya
- Tren ChatGPT? Ini Cara Menyikapinya
- Tren Teknologi Pendidikan Selepas Pandemi
- Pentingnya Digitalisasi Pendidikan Menuju Generasi Indonesia Emas 2045
- Lebih Baik Mana: Belajar dengan atau Tanpa Teknologi?