Peran ayah sangatlah penting dalam perkembangan anak, karena ayah yang terlibat aktif dalam kehidupan anaknya akan membentuk generasi muda yang tangguh dan berprestasi. Salah satu aktivitas ayah-anak yang mudah dilakukan dan bermanfaat menumbuhkan daya pikir anak adalah bercerita. Ayah yang sangat sibuk pun dapat melakukan hal ini.
Hari Ayah Nasional adalah hari penting nasional yang diperingati setiap tanggal 12 November untuk memperingati peran serta sosok seorang ayah. Peringatan tersebut berawal dari prakarsa paguyuban Satu Hati, lintas agama dan budaya yang bernama Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP). Saat PPIP mengadakan Sayembara Menulis Surat untuk Ibu pada tanggal 22 Desember, banyak timbul pertanyaan tentang kapan akan diadakan lomba menulis surat untuk ayah. Sejak saat itu, kemudian PPIP terus menggelar diskusi-diskusi untuk merumuskan rencana peringatan Hari Ayah Nasional. Hingga akhirnya, tanggal 12 November, PPIP mendeklarasikan tanggal tersebut sebagai Hari Ayah Nasional.
Pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak pun mulai banyak dibahas sejak deklarasi yang dilakukan di Maumere, NTT itu. Di peringatan Hari Ayah Nasional 2022 ini, kita akan sama-sama membahas bagaimana ayah dapat berkontribusi terhadap pencapaian prestasi akademik anak.
Masih banyak masyarakat yang memandang pengasuhan sebagai tanggung jawab ibu, padahal ayah juga berperan penting. Education Week melansir bahwa ayah yang terlibat dalam pola pengasuhan dan pendidikan, akan menciptakan anak yang percaya diri, fasih berbicara, berprestasi, dan lebih aktif mengikuti kegiatan sekolah.
Tentunya ada ayah yang dapat secara langsung menemani anaknya belajar, bahkan mengajarkan materi pelajaran yang tidak dipahami anak. Namun, seringkali ayah yang sibuk bekerja tidak sempat melakukan hal tersebut. Lantas, bagaimana ayah sibuk dapat tetap berkontribusi pada kemajuan belajar anaknya?
Melalui cerita.
Tidak hanya untuk membangun hubungan antara ayah dan buah hatinya, tetapi anak-anak yang banyak mendengar atau membaca cerita terbukti lebih fasih berbicara dan memiliki kosakata yang lebih kaya dibandingkan mereka yang tidak pernah dibacakan cerita.
Di bawah ini adalah beberapa aktivitas seputar cerita yang dapat dilakukan ayah bersama anaknya.
Dongeng Sebelum Tidur
Ayah dapat membacakan dongeng sebelum tidur dari buku cerita anak jika sang buah hati masih belum bisa membaca sendiri. Apabila ayah pulang kerja setelah jam tidur anak, kegiatan ini dapat digeser ke hari libur. Bonusnya, anak biasanya akan lebih mudah diajak masuk kamar untuk bersiap tidur, sebab bagi anak-anak, dongeng adalah sesuatu yang menyenangkan karena penuh imajinasi dan menggugah rasa ingin tahu mereka.
Menonton Bersama
Ayah juga bisa mengajak menonton tayangan cerita anak. Selama menonton, berinteraksilah dengan anak, misalnya dengan bertanya, “Wah lilinnya banyak. Ada berapa, ya, lilinnya?”
Jika anak tidak menjawab, bisa jadi karena dia tidak tahu jawabannya. Di saat seperti inilah ayah dapat berinteraksi, misalnya, “Yuk, hitung sama-sama.”
Contoh lainnya adalah membahas situasi tertentu, misalnya, “Kenapa Mimi menangis, ya?”
Selain itu, ayah juga dapat membahas kosakata yang mungkin sang anak belum pernah dengar. Misalnya, “Adik tahu artinya ‘cerah’?”
Ketika menjelaskan, gunakan contoh dan bukan definisi kamus, misalnya, “Cerah itu saat matahari bersinar terang, tidak hujan. Senang kan kalau cerah, karena Adik bisa bermain di luar.”
Diskusi seputar tontonan ini akan menstimulasi daya pikir anak dan secara tidak langsung membantu mempertajam daya pikir serta memperluas pengetahuannya.
Sesuaikan durasi menonton dengan usia anak. Brain Balance Centers menyatakan bahwa untuk usia balita, carilah tayangan berdurasi di bawah 15 menit, sedangkan anak usia SD bisa menonton tayangan berdurasi hingga 30-40 menit.
Berbagi Cerita Hidup
Ketika anak bersiap masuk usia remaja, mungkin sesi Dongeng Ayah menjadi kurang menarik, karena mereka sudah bisa membaca sendiri.
Di fase ini, ayah dapat tetap bercerita, tapi mengenai hidup, terutama terkait masalah-masalah umum remaja seperti pencarian jati diri dan tekanan sosial. Gunakan momen ini untuk memandu anak tentang nilai hidup, moralitas, dan cara menghadapi masalah. Lebih baik lagi jika ayah dapat berbagi cerita masa remajanya sehingga anak tidak merasa hanya dirinya yang memiliki masalah tersebut.
Saat berbagi cerita hidup, pengalaman kegagalan pun dapat menjadi cerita berharga bagi sang anak.
“Ayah dulu ditekan oleh teman-teman untuk ikutan merokok. Awalnya Ayah selalu menolak karena merokok kan tidak sehat. Namun, karena diejek terus, Ayah akhirnya marah dan mulai merokok. Gara-gara itu, uang jajan Ayah selalu habis untuk beli rokok. Akhirnya Ayah jarang makan siang dan jadi sering sakit. Ketika Nenek bertanya uang jajan Ayah dipakai untuk apa saja, Ayah berbohong. Akhirnya, hanya karena Ayah tidak mau diejek, ujung-ujungnya Ayah jadi tidak punya uang, tidak makan, badan sakit-sakitan, dan jadi berani bohong. SEHARUSNYA, Ayah waktu itu santai saja kalau diolok mereka, dan cari teman lain yang lebih baik. Teman yang mengajakmu berbuat buruk itu bukan teman namanya.”
Anak yang mendengarkan cerita hidup seperti di atas akan bertumbuh menjadi anak yang percaya diri dan kuat mental karena mereka belajar cara menghadapi tekanan sosial yang buruk. Tidak heran, riset KPAI menyebutkan bahwa anak-anak dari ayah yang terlibat jarang mengalami kenakalan remaja.
Itulah kekuatan besar di balik sebuah cerita.
Yuk, Ayah-ayah, ikutan bercerita supaya tercipta banyak anak unggul.
Penulis: Dania Ciptadi
Artikel terkait: