Hari Kemerdekaan Indonesia selalu dirayakan dengan keseruan perlombaan di lingkungan setempat. Mengapa perayaan ini identik dengan perlombaan?
Menjelang tanggal 17 Agustus, seluruh masyarakat Indonesia sibuk mempersiapkan perayaan Hari Kemerdekaan dengan lomba-lomba khas tujuh belasan, seperti panjat pinang, balap karung, makan kerupuk, dan lain-lain. Selain menjadi ajang kebersamaan dan kesempatan untuk beramah-tamah, tanpa disadari sebenarnya acara ini berkaitan erat dengan pengamalan dasar negara Indonesia, Pancasila.
Merangkum dua buku berjudul Pancasila dasar filsafat negara Republik Indonesia kumpulan tiga uraian pokok-pokok persoalan tentang Pancasila (Notonagoro, Pantjuran Tudjuh) tentang pemahaman sila-sila dalam Pancasila dan KREATIF TEMATIK Tema 5 Pahlawanku IV untuk SD/MI (Tim Tunas Karya Guru: Sudwiyanto, M.Pd.; Imas Mulyasari, M.Pd., Penerbit Duta) tentang contoh sikap Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, berikut adalah penjelasannya.
Sila Pertama: Ketuhanan yang Maha Esa
Contoh sikap yang mencerminkan Sila Pertama, antara lain, adalah mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan, membina kerukunan, kerja sama, dan tolong-menolong antarumat beragama.
Beberapa jenis perlombaan di Hari Kemerdekaan merupakan lomba kelompok, seperti panjat pinang, tarik tambang, dan sebagainya. Pada momen seperti ini, para peserta lomba akan bekerja sama dan tolong-menolong, tanpa membeda-bedakan latar belakang agama. Di sinilah tercipta kerukunan dan saling menghormati antarumat beragama.
Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila ini bermakna bahwa setiap rakyat Indonesia memiliki hak yang sama di tanah Indonesia. Salah satunya, tentu saja, adalah hak untuk turut merayakan Hari Kemerdakaan Indonesia, karena perjuangan Indonesia merebut kemerdekaan bukanlah jasa dari satu kelompok saja, tetapi merupakan usaha gabungan berbagai suku, agama, ras, dan antargolongan.
Sila Kedua juga mengajarkan tentang norma, etika, dan moralitas dalam bermasyarakat. Dalam melaksanakan lomba-lomba Hari Kemerdekaan, kita berkesempatan untuk melatih dan mengamalkan sikap-sikap tenggang rasa, saling mencintai sesama manusia, gotong royong, dan menjunjung tinggi kebenaran serta keadilan. Misalnya, dengan berlomba tanpa curang, membantu sesama peserta yang jatuh atau mengalami cedera, dan mengedepankan kebersamaan.
Sila Ketiga: Persatuan Indonesia
Contoh sikap yang mencerminkan Sila Ketiga, antara lain, adalah bangga dan cinta terhadap tanah air, mengembangkan sikap saling menghargai, membina hubungan baik dengan semua unsur bangsa, dan menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan.
Perlombaan menjadi sarana untuk mengembangkan sikap saling menghargai, membina hubungan baik, dan mengedepankan persatuan dan kesatuan. Dalam lomba berkelompok, para anggota harus dapat mengesampingkan perbedaan dan mengedepankan persatuan untuk dapat memenangkan perlombaan. Pada saat perayaan kemerdekaan, kita juga diingatkan kembali tentang pengorbanan para pahlawan demi kemerdekaan bangsa, yang akan menjadi pemantik munculnya semangat cinta tanah air serta kebanggaan terhadap Indonesia.
Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Fokus utama Sila Keempat ini adalah musyawarah untuk mufakat, di mana kita diajarkan untuk menghormati dan menghargai setiap pendapat, tidak memaksakan kehendak pribadi, mengutamakan kepentingan bersama, dan menerima serta melaksanakan hasil musyawarah.
Tanpa disadari, kita telah melaksanakan contoh sikap Sila Keempat tersebut. Pada saat merencanakan perayaan Hari Kemerdekaan, panitia tentu perlu mendiskusikan rincian acara. Di situ terjadi musyawarah, dan pada akhirnya bermufakat untuk menerima keputusan kelompok. Dengan demikian, setiap anggota panitia telah mengamalkan sila ini, dengan menghargai masukan dari rekan-rekan dan tidak memaksakan kehendak pribadi.
Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila Kelima merupakan cerminan dari keempat sila lainnya dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan merata. Butir-butir pengamalannya dapat disaksikan dalam rentetan acara perlombaan Hari Kemerdekaan.
Contohnya pada lomba panjat pinang, yang merupakan ikon perayaan 17 Agustus. Panjat pinang tidak hanya seru untuk ditonton, tetapi juga sarat dengan pengamalan Sila Kelima. Secara berkelompok, setiap peserta harus bergotong royong (butir ke-1) dan bekerja keras (butir ke-9) untuk mencapai tujuan.
Contoh sikap yang mencerminkan Sila Kelima, antara lain, adalah menjunjung tinggi semangat kekeluargaan, gotong royong, dan peduli terhadap sesama, serta melakukan perbuatan untuk mewujudkan keadilan sosial. Dalam pelaksanaan perayaan Hari Kemerdekaan, kita selalu bersumbangsih dengan memberikan apa yang kita mampu sediakan, seperti waktu dan tenaga menjadi panitia atau juri. Ada juga yang menyumbangkan materi lomba, seperti botol, meja, karung, kerupuk, dan lainnya, untuk kepentingan bersama. Dan kita melakukan itu semua tanpa pamrih.
Meskipun lomba-lomba pada perayaan Hari Kemerdekaan tampak hanya sebagai keseruan semata, tetapi di balik itu semua tersirat makna dan manfaat yang luar biasa. Dari pengembangan karakter individu hingga terbentuknya masyarakat yang mencerminkan Pancasila.
Dengan merayakan Hari Kemerdekaan, kita belajar tentang proses berdiskusi yang sehat, merayakan hasil kerja keras, menerima perbedaan, kemenangan dan, bahkan, kekalahan, dengan bijak, serta memperingati sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa.
Mari, lestarikan perayaan Hari Kemerdekaan yang khas Indonesia, untuk mengamalkan kehidupan Pancasila sembari bersenang-senang bersama warga sekitar.
Selamat HUT ke-78, RI! Dirgahayu, Indonesia, dan ayo, kita bersama melaju untuk Indonesia maju.
Penulis: Dania Ciptadi
Artikel terkait:
- Membangun Nilai-nilai Pancasila di Rumah
- Indonesia, Ayo Kita Bangkit!
- Marilah Kita Berseru, “Indonesia Bersatu!”