Apa Itu Computational Thinking?

Computational thinking mempunyai empat landasan utama : abstraksi, algoritma, dekomposisi dan pengenalan pola. Menguasai CT berarti menguasai cara penyelesaian masalah secara efektif dan efisien. CT merupakan kemampuan masa depan yang perlu dikuasai anak didik.

Perkembangan zaman yang semakin pesat membuat munculnya banyak pekerjaan yang berkaitan dengan komputer. Banyak lowongan pekerjaan kini mensyaratkan kemampuan mengoperasikan komputer. 

Apa yang bisa pendidik lakukan untuk mempersiapkan anak didik memasuki era digital? Ada cara sederhana untuk mengajarkan pola pikir yang akan mempersiapkan anak didik untuk menguasai komputer di kemudian hari. Menariknya, pola pikir ini bisa diajarkan tanpa komputer dan tanpa internet. Mari kita berkenalan dengan Computational Thinking (CT).

Salah satu penggagas CT adalah Professor Jeannette Wing, dari Universitas Columbia. Professor Jeannete pernah menuliskan cita-citanya bahwa suatu hari nanti, computational thinking (berpikir komputasional/ CT) akan menjadi kemampuan dasar yang sama pentingnya seperti membaca, berhitung, dan menulis. Mendikbud, Nadiem Makarim pun, mengatakan hal serupa, beliau mencanangkan CT sebagai salah satu kemampuan yang perlu dikuasai oleh pelajar Indonesia. 

Secara sederhana CT adalah suatu proses berpikir untuk menyelesaikan masalah secara efektif dan efisien. Dr. Inggriani Liem di dalam Podcast Bebras Indonesia memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari.  Misal anda ingin membuat nasi goreng, efektif artinya hasil masakan anda nasi goreng dan bukan bubur ayam. Dengan menggunakan CT, anda memperhitungkan wajan mana yang anda perlu pergunakan. Jika hanya untuk satu orang, maka wajan kecil sudah cukup. Sebaliknya jika anda memasak untuk pesta 1000 orang, tentu saja anda harus memakai wajan yang besar. Jadi sebenarnya CT bukan hal baru melainkan konsep berpikir yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. 

Berikut ini beberapa contoh kegiatan di sekolah yang berkaitan dengan CT. 

  • Para Guru Bahasa yang memberi tugas meringkas buku kepada anak, sebenarnya anda sedang mengajarkan Abstraksi. Abstraksi adalah kemampuan membedakan mana yang penting mana yang kurang penting.  
  • Para guru TK yang mengajari anak menggosok gigi langkah demi langkah (ambil sikat gigi, oleskan odol, mulai sikat gigi depan, lalu sikat gigi belakang), sebenarnya sedang mengajarkan Algoritma sederhana. Demikian juga guru Seni yang mengajar langkah demi langkah membuat prakarya. Algoritma adalah urutan langkah yang harus diambil untuk menyelesaikan suatu persoalan. 
  • Pembuatan panitia acara Tujuh Belas Agustus di mana setiap bidang membagi tugas sesuai dengan strukturnya (panitia acara mempersiapkan lomba-lomba, panitia publikasi mempersiapkan poster), adalah contoh Dekomposisi. Dekomposisi adalah proses mengenali struktur masalah lalu membaginya menjadi bagian yang lebih kecil sehingga lebih mudah dikerjakan. 
  • Guru IPA yang membandingkan dua jenis pohon lalu mengamati bahwa kedua pohon mempunyai daun, ranting, akar dan buah, sedang melakukan Pengenalan Pola (Pattern Recognition). Pengenalan pola adalah proses mengenali kemiripan maupun pola. Kadang ketika kita hendak memasuki suatu website muncul CAPTCHA yang meminta kita memilih semua kotak dengan gambar mobil, seperti contoh di bawah ini. CAPTCHA adalah sistem keamanan yang dibuat menggunakan prinsip Pengenalan Pola. 

Abstraksi, Algoritma, Dekomposisi dan Pengenalan Pola adalah empat landasan utama dari CT yang bisa diringkas dengan akronim AADP. 

Dari pemaparan di atas kita bisa mengetahui 

  • CT bukan hanya belajar komputer melainkan proses berpikir. Sejatinya, CT adalah cara berpikir yang bisa diterapkan ke banyak subjek (bahasa, matematika, IPA, kesenian) tidak hanya sebatas ilmu komputer. 
  • CT bukan materi untuk dihafal melainkan kemampuan berpikir yang perlu diasah. Mempelajari CT mirip dengan belajar naik sepeda. Cara belajar naik sepeda bukan hanya menghafalkan bagian-bagian sepeda tetapi dengan duduk di atas sepeda dan praktik langsung. 

Apa kegunaan mempelajari CT bagi anak didik? 

  1. Mempersiapkan anak didik yang mampu beradaptasi lintas mata pelajaran dengan baik. 

Anak didik dapat menggunakan kerangka berpikir CT untuk mempelajari bahasa asing menyelesaikan aljabar dengan algoritma, menulis karangan dengan baik dengan menerapkan konsep abstraksi. 

     2. Mempersiapkan anak didik yang mampu menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari. 

Dengan kemampuan CT, murid dipersiapkan untuk tidak takut menghadapi masalah, melainkan melihat masalah sebagai sesuatu yang bisa diselesaikan.   

Salah satu cara untuk mempelajari CT dengan menyenangkan dan dikemas secara menarik bisa ditemukan di dalam website Bebras Indonesia, bagian dari Gerakan PANDAI (Pengajar Era Digital Indonesia) yang didukung oleh google.org 

Pada artikel selanjutnya akan dibahas secara mendetail cara mengajarkan keempat landasan utama CT bagi anak Prasekolah dan anak didik usia SD. 

Penulis : Grace Suryani

Webinar Terkait :

Artikel-artikel REFO terkait : 

Share :

Related articles