14 Agustus diperingati sebagai Hari Pramuka, sebuah kegiatan ekstrakurikuler yang diwajibkan pada pendidikan dasar dan menengah. Bagaimana kepramukaan dapat membentuk karakter anak? Dan, apa relevansinya dengan penciptaan Generasi Emas 2045? Yuk, simak artikel ini.
Praja Muda Karana, disingkat Pramuka, diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 14 Agustus 1961, oleh karenanya tanggal tersebut kemudian diperingati sebagai Hari Pramuka. Peraturan Mendikbudristek RI Nomor 63 Tahun 2014 menyatakan kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib pada pendidikan dasar dan menengah.
Apa sebenarnya Pramuka? Bagaimana Pramuka bisa membentuk karakter anak? Dan apa relevansinya dengan pembentukan Generasi Emas 2045?
Menurut situs web resminya, Praja Muda Karana berarti jiwa muda yang suka berkarya. Gerakan Pramuka Indonesia memiliki prinsip dasar iman dan takwa, peduli terhadap bangsa, sesama hidup, dan alam, serta taat pada kode kehormatan Pramuka. Gerakan ini dilambangkan dengan Tunas Kelapa, yang menandakan kemampuan untuk berdiri kokoh, tumbuh tinggi, kuat, dan banyak bermanfaat bagi sesama.
Menurut Peraturan Menteri tersebut di atas, pendidikan kepramukaan dilaksanakan untuk menginternalisasi nilai ketuhanan, kebudayaan, kepemimpinan, kebersamaan, sosial, kecintaan alam, dan kemandirian.
Adapun tujuan Gerakan Pramuka adalah untuk membentuk setiap anggotanya agar menjadi pribadi yang beriman, bertakwa, memiliki akhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, dan menguasai kecakapan hidup. Setiap anggota Pramuka juga diharapkan menjadi kader bangsa yang mampu menjaga dan membangun NKRI, dan dengan taat mengamalkan Pancasila.
Jadi, Pramuka bukan sekedar kegiatan baris-berbaris, atau pengetahuan tali-temali dan sandi-sandi. Direktorat Sekolah Menengah Pertama, dalam publikasinya, menyebutkan bahwa Pramuka adalah jenis kegiatan yang tersistem, terpola, dan dapat dipertanggungjawabkan. Kepramukaan memiliki sistem, tujuan, acuan, proses, evaluasi, metode, dan teknik. Meski dikemas dalam kegiatan yang menarik dan menyenangkan, kepramukaan sebenarnya adalah sebuah proses pendidikan yang melengkapi pendidikan formal, sarat dengan aktivitas yang sehat, teratur, terarah, dan praktis.
Jika diselisik dari kegiatan kepramukaan, sebenarnya penekanannya ada pada prosesnya, yang mengajarkan kedisiplinan, keuletan, semangat pantang menyerah, kerja sama, dan gotong royong. Dengan begitu, terjadi pembentukan karakter dalam kegiatan kepramukaan.
Contohnya adalah kegiatan perkemahan dalam Pramuka, yang merupakan bentuk nyata dari penciptaan kemandirian. Kecerdasan sosial pun terbentuk dalam kegiatan perkemahan. Dalam berkegiatan, anggota Gerakan Pramuka dibagi-bagi dalam satuan regu yang terdiri dari sekurang-kurangnya sepuluh orang. Selama melaksanakan perkemahan, sepuluh orang itu harus berinteraksi dan bekerja sama untuk mengelola “rumah” mereka. Sikap saling menghormati, menghargai, peduli, dan empati akan teruji, dengan demikian terciptalah kesabaran, jiwa sosial, dan kematangan emosional para anggotanya.
Dari penjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa kegiatan kepramukaan erat hubungannya dengan Pembelajaran Sosial-Emosional atau Social-Emotional Learning (SEL), di mana anak-anak belajar tentang kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, kemampuan berhubungan, dan membuat keputusan secara bertanggung jawab. Inilah yang disebut sebagai kecerdasan emosional (emotional intelligence) atau yang biasa disebut sebagai EQ (emotional quotient), yang diyakini akan lebih berpengaruh terhadap kesuksesan seseorang di masa mendatang dibandingkan dengan IQ (intelligence quotient).
Sebagai catatan, secara definisi, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk memahami, menggunakan, dan mengelola emosinya sendiri dengan cara yang positif, kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif, berempati pada orang lain, mengatasi tantangan, dan meredakan konflik. Hal-hal yang pasti akan dipelajari oleh anak dalam kepramukaan.
Lalu, apa hubungannya dengan Generasi Emas 2045 yang kita damba dan cita-citakan?
Menjadi bangsa yang kuat, mandiri, dan mampu sejajar dengan negara maju lainnya adalah dambaan setiap negara, termasuk Indonesia. Salah satu upaya membangun bangsa yang besar adalah dengan menciptakan generasi muda dengan karakter kuat.
Pendidikan karakter sangat penting dalam upaya membangun kualitas individu calon generasi. Karakter yang kuat membentuk individu menjadi pelaku perubahan bagi diri sendiri dan masyarakat sekitarnya. Pendidikan karakter menjadi kunci dalam membentuk kepribadian anak. Pada hakekatnya, pendidikan memiliki tujuan untuk membantu manusia menjadi cerdas dan tumbuh menjadi insan yang baik.
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 menyebutkan bahwa Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah gerakan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olahraga, sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental. PPK dilaksanakan pada semua satuan pendidikan, baik formal, non-formal, maupun informal.
Kemendikbudristek melansir sebuah artikel yang menyebutkan bahwa orang yang memiliki karakter kuat, seperti berpikir kritis dan menyelesaikan masalah, kreatif, mampu berkomunikasi dengan baik, dan bekerja sama atau berkolaborasi adalah individu-individu yang dibutuhkan saat ini dan masa depan, yaitu yang berkompetensi unggul dan berdaya saing.
Adapun penguatan karakter peserta didik diharapkan dapat membentuk lima karakter utama, yaitu religius, integritas, nasionalis, gotong royong, dan mandiri.
Dari seluruh penjabaran di atas, kita dapat mengambil kesimpulan, yaitu:
- Setiap detail dari kegiatan kepramukaan membantu pembentukan karakter anak dengan menciptakan kecerdasan emosional;
- Kecerdasan emosional diyakini sebagai hal yang sangat mendukung kesuksesan anak di masa mendatang;
- Generasi berkarakter kuat adalah yang dibutuhkan menuju Indonesia Emas 2045;
- Pendidikan karakter memegang kunci penciptaan Generasi Emas 2045
Maka tak berlebihan jika Pramuka dijadikan kegiatan ekstrakurikuler wajib pada pendidikan dasar dan menengah, karena manfaat dan implikasikasinya di masa depan sangat besar.
Jadi, jangan ragu untuk mengizinkan anak-anak kita aktif dalam kepramukaan, ya.
Selamat Hari Pramuka!
Penulis : Astrid Prahitaningtyas
Artikel terkait:
- Soft Skills? Penting, lho!
- Bersiap Menghadapi Tantangan Profesi Masa Depan
- Apa Itu Computational Thinking