Membumikan Nilai Luhur Pancasila di Ruang Digital

pancasila

Hari Lahir Pancasila mengingatkan pentingnya menanamkan nilai-nilai bangsa, termasuk di ruang digital tempat generasi muda tumbuh. Lalu, bagaimana membentuk mereka jadi Pancasilais sejati?

Setiap 1 Juni, Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila untuk mengenang pidato Soekarno pada sidang BPUPK tahun 1945, yang menyampaikan lima asas dasar negara. Peringatan ini bertujuan menjadikan Pancasila sebagai panduan hidup berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Perkembangan teknologi digital memengaruhi interaksi sosial, ekonomi, dan politik, serta mendorong pergeseran nilai. Karena itu, penerapan nilai-nilai Pancasila di dunia digital penting untuk menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan moralitas, mengatasi masalah etika, dan memperkuat persatuan di era globalisasi.

Di tengah arus informasi dan budaya instan, Pancasila harus tetap menjadi fondasi berbangsa. Lima silanya adalah prinsip universal yang relevan lintas zaman, membentuk karakter toleran, berintegritas, dan cinta tanah air di ruang digital untuk meredakan konflik dan membangun kerja sama.

  1. Ketuhanan Yang Maha Esa mencerminkan iman dan takwa bangsa Indonesia, apa pun agamanya. Dalam berteknologi, hal ini menuntut integritas, etika, dan kebenaran, karena tanggung jawab kita tak hanya kepada sesama, tetapi juga kepada Tuhan YME.
  2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab bermakna kita menyadari bahwa seluruh rakyat Indonesia memiliki derajat yang sama. Oleh karena itu selalu menjaga etika dalam interaksi online dan penggunaan AI.
  3. Persatuan Indonesia mengandung arti kita mengedepankan kepentingan bangsa daripada kepentingan diri sendiri atau golongan, cinta dan bangga pada Indonesia. Hal ini berarti kita harus merawat toleransi di tengah keragaman opini digital.
  4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan mengajak kita untuk mengutamakan tujuan bersama dan menyelesaikan masalah dengan musyawarah atau diskusi. Ini berarti, kita partisipasi aktif dan demokratis di ruang digital.
  5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengisyaratkan kita untuk menghormati orang lain karena semua memiliki hak dan kewajiban yang sama serta bergotong royong untuk kesejahteraan bersama. Hal ini mendorong inklusivisme digital bagi semua lapisan masyarakat.

Transformasi digital membawa tantangan terhadap moralitas, etika, dan interaksi sosial, seperti hoaks, ujaran kebencian, hingga degradasi nilai kebangsaan. Hal ini menuntut pemahaman mendalam terhadap Pancasila sebagai pedoman, sekaligus filter yang membentengi penerus bangsa dari pengaruh nilai-nilai yang bertentangan dengan jati diri dan budaya luhur Indonesia. Namun hal tersebut menghadapi banyak tantangan, antara lain:

  • Paparan ideologi lain melalui media sosial seperti radikalisme, ekstremisme dan konsumerisme.
  • Eksklusivisme sosial yang menyebabkan politisasi identitas, gejala polarisasi dan perpecahan sosial berbasis SARA.
  • Kesenjangan digital akibat belum meratanya infrastruktur telekomunikasi.
  • Keamanan digital menjadi isu penting karena arus transaksi online di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Kondisi ini membuka celah bagi pihak yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan serangan siber, baik terhadap individu maupun infrastruktur digital secara global.
  • Revolusi digital 4.0 memaksa kita harus memiliki SDM yang unggul dan berdaya saing tinggi.
  • Persaingan yang semakin ketat akibat derasnya produk negara lain yang melumpuhkan produk lokal.
  • Pembangunan SDM yang memiliki daya saing global.
  • Ketersediaan akses internet yang mumpuni yang mampu mendorong peningkatan perekonomian.

Era digital memberi akses informasi tanpa batas, termasuk bagi anak-anak. Orang tua berperan penting dalam pendidikan karakter berbasis Pancasila, karena keluarga adalah tempat pertama anak belajar dan tumbuh.

Dengan nilai-nilai Pancasila, akan terbentuk karakter anak yang tangguh, inklusif, dan berintegritas. Penanaman nilai-nilai Pancasila sejatinya dapat menyesuaikan perkembangan di era digital. Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orangtua dan anak antara lain:

  1. Konten digital kreatif seperti Vlog kegiatan sehari-hari menggunakan bahasa daerah atau mengunggah video lagu daerah, resep makanan tradisional di YouTube.
  2. Menggunakan aplikasi khusus untuk belajar bahasa daerah.
  3. Membuat konten tentang nilai-nilai Pancasila.
  4. Keteladanan dalam penggunaan teknologi, seperti: tidak memainkan gawai saat berinteraksi dengan anak dan menjadikan waktu belajar sebagai waktu bebas gadget.
  5. Kolaborasi dengan sekolah dengan memanfaatkan media sosial untuk memantau dan mendampingi anak atau berbagi informasi dan edukasi antara guru dan orang tua.
  6. Menanamkan Pancasila lewat aktivitas sehari-hari misalnya menceritakan dongeng dan kisah pahlawan, mengajak anak bermain permainan tradisional atau membaca sastra anak yang mengandung nilai kebangsaan.

Pancasila bukan sekadar hafalan, tetapi pedoman hidup yang harus diamalkan. Meskipun tantangan berubah, nilai-nilai Pancasila tetap universal dan abadi. Orang tua berperan penting menanamkannya sejak dini di era digital, agar api Pancasila terus menyala dan membimbing generasi mendatang menuju masa depan yang beradab, adil, dan bersatu.

Penulis: Yanti Damayanti

Editor: Astrid Prahitaningtyas

Artikel terkait:

Share :

Related articles