Hari Pelajar Internasional yang jatuh pada 17 November diperingati untuk merayakan perjuangan para pelajar yang semakin penuh tuntutan dan persaingan. Hanya satu hal yang membuat masa kini lebih baik dibandingkan masa lalu, yaitu peluang kerja yang lebih beragam dan terbuka untuk berbagai jenis minat dan bakat.
Di masa lalu, keterampilan di luar matematika dan sains seringkali dianggap kurang bermanfaat untuk masa depan siswa. Orang tua seringkali mengarahkan anak untuk mengambil jurusan ilmu eksakta yang menjadi dasar dari profesi-profesi klasik idaman, seperti dokter, akuntan, pengacara, maupun insinyur. Bakat di luar area eksakta, misalnya menggambar, berolahraga, mendongeng, seringkali dipandang sebelah mata dan kurang diperhatikan oleh orang tua maupun sekolah.
Kita beruntung, karena teknologi di era Industri 4.0 saat ini memungkinkan berbagai profesi untuk meraih sukses. Contohnya:
- Keterampilan grafis banyak dicari untuk merancang aplikasi, membuat game, hingga memproduksi konten digital;
- keterampilan musik diburu untuk menggubah efek suara dan musik latar di berbagai platform digital; dan
- keterampilan bercerita menjadi keterampilan utama para pembuat konten.
Potensi keberhasilan yang tersebar merata ke berbagai profesi inilah yang membuat para siswa mulai berani menjajaki pendidikan jurusan non-klasik. Jika dulunya lulusan jurusan tersebut dianggap susah mencari kerja atau bergaji kecil, sekarang dapat dikatakan semua program pendidikan berpeluang setara untuk mencari kerja dan pendapatan yang layak.
Inilah pentingnya mengenali minat bakat siswa sejak dini. Semakin cepat mereka mengenali kelebihannya, semakin awal mereka dapat mulai mengasah keterampilan tersebut. Semakin lama durasi pembelajarannya, semakin tajam dan dalam pula kemampuan mereka di ranah tersebut. Inilah yang akan membuat mereka menjadi tenaga kerja piawai begitu terjun ke masyarakat, dan menarik perhatian para pemberi kerja.
Laporan dari Organisasi Buruh Internasional dan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menemukan bahwa pekerja yang piawai dalam melakukan pekerjaannya terbukti menikmati kepuasan kerja dan gaji yang lebih baik. Ini berarti, siswa dengan keterampilan tinggi berpeluang lebih baik dalam meraih sukses.
Lalu, bagaimana caranya mengetahui minat bakat setiap siswa?
Untuk beberapa anak yang bakatnya sangat mencolok, pengamatan dari orang sekitarnya, seperti orang tua dan guru, biasanya sudah cukup. Siswa dengan bakat luar biasa ini biasanya akan terlihat mencolok dibandingkan teman-teman seusianya. Misalnya, mampu mengejawantahkan visualisasi dari mata maupun bayangan dalam pikiran ke media lukis tanpa bimbingan, atau memiliki kemampuan bahasa yang beberapa tahun lebih cepat dibandingkan anak-anak seusianya.
Di lain sisi, ada pula siswa yang bakatnya tidak terlalu mencolok atau kemampuannya merata di berbagai bidang. Pelajar dalam kategori ini dapat melakukan tes minat bakat yang banyak ditawarkan oleh institusi psikologi dan pendidikan tinggi. Laporan hasil tes ini biasanya memberikan daftar spesifik keterampilan siswa serta karir-karir yang cocok. Hasil ini kemudian dapat didiskusikan antara siswa dengan orang tua dan/atau guru pembimbing di sekolah untuk membantu mengarahkan pelajar ke jurusan dan peminatan yang sesuai ke depannya.
Studi yang mempelajari 40 ribu siswa kelas 9 di Jerman memperlihatkan bahwa minat berbanding lurus dengan prestasi. Dengan kata lain, siswa menunjukkan prestasi yang lebih baik di mata pelajaran yang lebih mereka minati. Jika setiap siswa belajar sesuai dengan minat bakatnya, maka mereka akan lebih berprestasi (di bidangnya masing-masing). Prestasi ini akan menjadi pemicu dan pemacu semangat belajar mereka.
Dengan mengenali minat bakatnya sejak dini, siswa tidak hanya mendapat keuntungan untuk lebih dalam mengasah keterampilannya, tetapi juga meningkatkan efektivitas proses pembelajaran. Mereka tetap harus berjuang, tetapi kini mereka memahami arti perjuangannya, yaitu bersiap menyambut karir yang mereka minati di masa depan.
Penulis:
Dania Ciptadi