World Youth Skills Day mengingatkan kita akan pentingnya pengembangan keterampilan generasi muda. Keterampilan seperti apa yang dibutuhkan di masa depan?
Setiap 15 Juli, dunia memperingati World Youth Skills Day (WYSD) sebagai momentum global untuk menyoroti pentingnya pengembangan keterampilan generasi muda dalam menghadapi dunia kerja yang terus berkembang.
Tema WYSD 2025, Youth Empowerment through AI and Digital Skills, menegaskan bahwa pemberdayaan pemuda lewat AI dan keterampilan digital bukan sekadar tren, melainkan strategi penting untuk mempersiapkan mereka menghadapi dunia kerja yang terus berubah dan berkontribusi nyata bagi masyarakat.
Dunia kerja tengah mengalami perubahan besar akibat kemajuan teknologi dan dinamika global. World Economic Forum mencatat bahwa 92 juta pekerjaan akan hilang karena otomasi dan transformasi industri, tetapi 170 juta pekerjaan baru tercipta. Perubahan ini tidak hanya berdampak pada jumlah pekerjaan, tetapi juga jenis keterampilan yang dibutuhkan. Diperkirakan, 39% keterampilan inti pekerja akan berubah pada tahun 2030.
Lima faktor utama yang mendorong perubahan ini adalah:
- Perkembangan teknologi, terutama kecerdasan buatan dan otomatisasi.
- Peralihan ke ekonomi hijau dan berkelanjutan.
- Perubahan demografi dan preferensi kerja yang semakin fleksibel.
- Ketidakpastian geoekonomi akibat krisis global dan konflik geopolitik.
- Digitalisasi layanan publik dan sosial seperti pendidikan dan kesehatan.
Situasi ini menuntut upaya serius dalam meningkatkan keterampilan (upskilling) dan belajar ulang (reskilling) bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama generasi muda.
Di samping itu, dunia kerja juga mengalami perubahan paradigma. Jika sebelumnya gelar dan pengalaman kerja menjadi fokus utama, sekarang banyak perusahaan mulai mengutamakan keterampilan. Tren ini disebut skill-based hiring, dan semakin diminati oleh berbagai industri.
Studi ini menunjukkan bahwa sertifikasi mikro, proyek nyata, dan pengalaman berbasis portofolio kini lebih dipertimbangkan dibandingkan ijazah universitas. Hal ini membuka peluang besar bagi pemuda dari berbagai latar belakang untuk bersaing secara lebih adil, selama mereka memiliki keterampilan yang dibutuhkan industri.
Jadi, keterampilan seperti apa yang dibutuhkan?
Ada dua jenis keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi masa depan, yaitu:
- Hard Skill: teknologi, literasi data, literasi keuangan, manajemen proyek, kewirausahaan.
- Soft Skill: kolaborasi, adaptabilitas, kreativitas, kesehatan mental, kepemimpinan, manajemen waktu, kemampuan belajar mandiri.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, permintaan terhadap keterampilan digital dan teknis semakin meningkat. Namun, soft skills juga tetap krusial untuk menjawab tantangan kerja modern. Keseimbangan antara keduanya menjadi kunci untuk membentuk generasi muda yang tangguh dan relevan di pasar kerja global.
Kecakapan digital tidak lagi sebatas kemampuan mengoperasikan aplikasi perkantoran atau media sosial, tetapi pemahaman mendalam terhadap teknologi yang mendasari kehidupan sehari-hari. Penggunaan kecerdasan buatan, misalnya, telah merambah ke hampir semua bidang: pendidikan, layanan kesehatan, bisnis, bahkan sektor publik. Generasi muda juga perlu memahami bagaimana menggunakan AI dengan bijak, seperti prinsip kerja, etika penggunaannya, serta potensi dan risikonya.
Dalam konteks pemberdayaan, penguasaan AI menjadi sarana strategis untuk meningkatkan kreativitas, efisiensi, serta peluang inovasi sosial dan ekonomi. Selaras dengan tema WYSD 2025, kita harus menyiapkan pemuda sebagai inovator dan pencipta solusi bukan sekadar sebagai pengguna pasif teknologi.
Indonesia memiliki bonus demografi yang diharapkan mampu mengubah perekonomian menjadi lebih maju. Namun, tingkat pengangguran Indonesia mencapai 4,76% atau 7,28 juta orang dengan 1,01 juta merupakan lulusan perguruan tinggi. Salah satu penyebab tingginya angka ini adalah kesenjangan keterampilan dan ketidaksesuaian (mismatch) antara pendidikan dan pelatihan yang diterima dengan kebutuhan industri.
Hal ini memberi sinyal kuat perlu adanya pelatihan dan pemberdayaan digital bagi pemuda. Pemerintah, industri, dan lembaga pendidikan perlu bekerja sama untuk menghadirkan program seperti Skill Our Future, yang membuka akses pelatihan digital, kecerdasan buatan (AI), dan peluang kerja bagi pemuda. Kolaborasi ini menjadi respons nyata atas kebutuhan mendesak akan pelatihan dan pemberdayaan digital di kalangan generasi muda.
WYSD 2025 mengajak dunia untuk lebih serius dalam menyiapkan generasi muda menghadapi masa depan yang ditentukan oleh teknologi dan inovasi. Pemberdayaan pemuda melalui kecakapan digital dan kecerdasan buatan bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan.
Penguasaan teknologi tidak hanya membuat pemuda bertahan, tetapi juga pemimpin perubahan. Maka, tugas kolektif kita hari ini adalah memastikan bahwa semua pemuda memiliki akses terhadap keterampilan yang mereka perlukan untuk berhasil, baik di dunia kerja, di komunitas mereka, dan dalam membangun masa depan yang lebih baik.
Namun seperti yang telah disebutkan di atas, literasi digital dan AI saja tidak cukup untuk generasi muda menghadapi dunia di masa mendatang. Soft skills juga tetap krusial untuk dikuasai. Untuk itu, REFO mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berkolaborasi menjadikan anak-anak ini sebagai generasi yang, tak hanya sekadar siap, tetapi berdaya dalam menghadapi peradaban baru.
Mari bergabung dengan Indonesia Future of Learning Summit (IFLS) 2025 dengan tema “AI-ducated: Unlocking The Future with AI Skills and Beyond”, yang mengajak kita semua untuk tetap terinformasi, beradaptasi dengan percaya diri, dan membuat pilihan-pilihan yang tak hanya fokus pada perkembangan teknologi, tetapi juga mempertimbangkan future skills yang juga penting, serta ketahanan dan kesejahteraan psikologis.
Mari bersama, kita perkuat generasi muda untuk menuju Indonesia Emas 2045.
Penulis: Yanti Damayanti
Editor: Astrid Prahitaningtyas
Artikel terkait: