Artificial Intelligence (AI) akan terus berkembang. Hal ini mengharuskan kita untuk selalu mengembangkan kapasitas digital. Sebagai individu non-teknis, keterampilan apa saja yang wajib kita miliki?
Literasi AI bukan tentang mengubah semua orang menjadi ahli AI. Melainkan membekali individu dengan pengetahuan dan keterampilan untuk memahami, menggunakan, dan berinteraksi dengan AI secara bertanggung jawab dan efektif. Literasi AI merupakan serangkaian keterampilan yang membantu kita memahami, menggunakan, dan berkomunikasi dengan AI.
Jurnal What is AI Literacy? Competencies and Design Considerations menyatakan literasi AI adalah kompetensi yang memampukan kita untuk:
- Mengevaluasi teknologi AI secara kritis.
- Berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan AI.
- Menggunakan AI sebagai alat bantu, baik di rumah maupun di tempat kerja.
Jurnal di atas menyebutkan bahwa secara pragmatis, literasi AI terwujud dalam kemampuan kita untuk:
- Mengenali AI. Hal ini berarti kita mengenali banyak aplikasi sehari-hari, termasuk penyaring spam email, chatbot, mesin rekomendasi layanan streaming, asisten virtual yang merespons perintah suara, dan lain-lain.
- Memahami AI. Kita mulai memahami AI ketika kita belajar tentang konsep dasar AI, serta metode yang digunakan untuk melatih komputer menggunakan data untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Ada berbagai tingkat pemahaman tentang topik ini, yang semuanya merupakan bagian dari AI. Namun jangan khawatir, karena bahkan tidak semua orang sepenuhnya memahami cara kerja jaringan neural networks. Kita dapat memahami dasar-dasarnya dan kemudian mempelajari lebih lanjut.
- Menggunakan AI. Mengetahui tentang AI tidaklah cukup. AI adalah sebuah alat. Kita harus dapat menggunakannya untuk mendapatkan nilai darinya. Ada beberapa tingkat keterampilan yang berbeda saat menggunakan AI, yaitu menerapkan, memanfaatkan, menyesuaikan, membangun, dan menciptakan. Individu-individu non-teknis cukup menguasai kemampuan untuk menerapkan dan memanfaatkan AI secara optimal.
- Menilai AI secara kritis. AI dapat membantu manusia. Namun, AI juga dapat disalahgunakan. Bagian terakhir dari literasi AI adalah memahami penggunaan AI yang tepat dan tidak tepat. AI dapat melakukan banyak hal untuk kita, tetapi ada juga kekhawatiran yang signifikan terkait penggunaan AI dan bahaya yang sangat nyata yang diakibatkan oleh penggunaannya, di antaranya adalah algoritma dapat menjadi bias dan tidak adil, ada kemungkinan AI akan menggantikan banyak pekerjaan dan profesi di berbagai industri, dan potensi melanggar perlindungan hak cipta.
AI adalah bidang yang berkembang pesat dan memiliki potensi yang sangat baik untuk orang-orang non-teknis. Untuk dapat memaksimalkan penggunaannya, keterampilan apa saja yang harus kita kuasai?
Menavigasi privasi data. Menggunakan alat bantu AI generatif untuk meningkatkan pengajaran membutuhkan komitmen yang kuat terhadap privasi data. AI memiliki potensi besar untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran, tetapi kita harus berhati-hati dalam hal menjaga privasi data. Berikut adalah beberapa tip untuk menjaga keamanan data kita dan siswa kita saat menggunakan AI untuk pengajaran dan pembelajaran.
- Hindari berbagi data sensitif. Banyak platform AI belajar dari apa yang kita masukkan dan simpan, baik beberapa kata, teks yang disalin dari esai, makalah siswa, data penelitian, draf email, atau kontrak yang tengah dipersiapkan. AI “mempelajari kita” dengan memproses data yang kita input.
- Perlakukan masukan AI dengan hati-hati. Banyak sistem AI yang dapat diakses publik belajar dari apa yang kita input, dan itu dapat memengaruhi output-nya di masa mendatang, dan itu dapat diakses oleh publik. Jangan membagikan data sensitif dengan sistem AI yang tersedia untuk umum. Hapus atau ubah detail apa pun yang dapat mengidentifikasi kita atau orang lain dalam dokumen atau teks apa pun yang kita unggah atau berikan sebagai masukan. Hal ini mencakup informasi pribadi, ide, algoritma, kode, penelitian yang tidak dipublikasikan, dan komunikasi sensitif.
- Menyesuaikan pengaturan di platform AI. Kita harus proaktif dengan pengaturan privasi data, terutama saat menggunakan AI generatif. Hapus riwayat obrolan secara teratur untuk memastikan interaksi di masa lalu tidak disimpan.
- Apa yang dimaksud dengan prompt? Prompt adalah perintah yang kita masukan ke dalam sistem AI untuk mendapatkan hasil yang spesifik. Prompt adalah cara untuk memulai percakapan dengan AI. Kemudian, kita dapat membuat prompt lanjutan, dan AI akan merespons. Ini seperti bercakap-cakap dengan orang lain; dalam hal ini, percakapannya berbasis teks, dan lawan bicara kita adalah AI. Cara kita menyusun kata prompt akan memengaruhi kualitas interaksi dengan AI.
- Bagaimana AI merespons prompt? AI dapat beradaptasi dengan kebutuhan kita. Buat prompt sedetail mungkin untuk mendapatkan hasil yang kita inginkan. Prompt yang baik menghasilkan hasil yang lebih baik. Sebagian besar sistem AI, seperti ChatGPT, Claude, Gemini, Perplexity, dan lainnya, dibangun di atas dua teknologi: natural language processing dan machine learning. Hal ini memungkinkan AI memahami prompt kita meskipun kita menuliskannya seperti berbicara dengan seseorang. Sistem ini belajar dari input kita dan input dari pengguna lain.
Prompt Engineering. Cara kita membingkai prompt memengaruhi output AI. Inilah yang disebut sebagai prompt engineering. Hal ini melibatkan pemilihan kata, frasa, simbol, dan format yang tepat untuk mendapatkan hasil terbaik dari model AI. Kita harus membuat prompt yang benar untuk mendapatkan hasil yang diinginkan saat menggunakan AI. Sistem AI seperti ChatGPT dapat belajar dari apa yang kita katakan dan meniru cara manusia berbicara. Hal ini memungkinkan mereka memberikan jawaban yang benar. Namun, kita harus berhati-hati agar tidak terlalu mengandalkan sistem ini tanpa memeriksanya.
Meskipun prompt engineering dapat meningkatkan hasil AI, kita harus mempertimbangkan beberapa batasan. Waspadai kekurangan AI dan hindari potensi bahayanya. Karena meskipun mengalami kemajuan pesat, AI tidaklah sempurna. AI bisa salah dalam memberikan fakta, contohnya adalah insiden CNET pada tahun 2023. AI juga dapat membuat klaim palsu. AI berpotensi menghasilkan konten yang tidak akurat, menyesatkan, atau bahkan benar-benar dibuat-buat. Hal ini yang disebut sebagai halusinasi AI. Ingatlah bahwa AI memiliki batasan, jadi kita harus selalu periksa hasilnya dengan mata yang kritis.
Bagaimana membuat prompt yang baik?
- Berikan konteks. Prompt kita dapat berupa pertanyaan sederhana seperti, “Kapan waktu terbaik untuk menikmati Bali?” Sistem AI seperti ChatGPT akan dengan cepat menghasilkan respons terhadap pertanyaan tersebut. Namun, kita juga dapat membuat prompt kita lebih canggih dengan memberikan konteks. Misalnya, “Saya seorang ibu dari seorang balita, dan berniat membawa anak saya ke Bali untuk berlibur. Berdasarkan pola cuaca baru-baru ini, prediksikan bulan terbaik untuk menikmati Bali di tahun 2024 dan jelaskan kepada anak saya yang berusia tiga tahun”. Jawaban yang diberikan AI bisa jadi akan sangat berbeda dengan jawaban untuk pertanyaan yang lebih sederhana, karena AI akan mempertimbangkan parameter yang kita sediakan dengan menambahkan lebih banyak konteks.
- Buat prompt yang lebih spesifik. Tambahkan tahun, wilayah, dan lain-lain saat kita membuat prompt. Kita dapat memberikan tugas, contoh, aturan, dan batasan yang tepat. Model AI seringkali menghasilkan output berdasarkan pertanyaan atau prompt yang diterimanya. Alih-alih bertanya, “Ceritakan tentang perubahan iklim”, tanyakan pertanyaan yang lebih spesifik. Misalnya, “Diskusikan dampak ekonomi dari perubahan iklim di negara-negara berkembang selama satu dekade ke depan.” Hal ini akan membantu AI untuk fokus pada hal-hal yang tepat dan mendapatkan jawaban yang lebih relevan. Semakin rinci input kita, semakin baik output-nya. Memberikan prompt yang lebih spesifik membantu AI memahami pertanyaan kita dengan lebih baik dan menghasilkan respons yang lebih disesuaikan.
- Ciptakan percakapan. Banyak sistem AI berformat chat window. Sistem berbasis obrolan dapat mengingat apa yang terjadi dalam percakapan sebelumnya. Mari kita lihat contoh tentang Bali di atas. Kita dapat menambahkan tindak lanjut setelah AI merespons audiens berusia tiga tahun. Misalnya, ketikkan prompt “Ceritakan dengan lebih lucu” atau “Jelaskan kepada anak-anak dengan menggunakan analogi”. Kita tidak perlu mengulang konteks dan parameter lainnya. Kita dapat mengembangkan respons AI dengan menambahkan petunjuk. Proses ini membantu AI bekerja lebih baik. Jadi kita bisa mendapatkan respons baru tanpa memasukkan perintah lain.
- Lebih fokus pada masalah, bukan prompt-nya. AI semakin canggih. Bahkan telah diprediksi bahwa suatu saat nanti prompt engineering tidak akan diperlukan lagi. AI akan dapat menulis prompt untuk dirinya sendiri. Untuk itu, kita harus belajar untuk lebih fokus pada permasalahan yang akan kita tanyakan ke AI, dan bukan fokus pada membuat prompt yang baik. Ada perbedaan antara masalah dan prompt: prompt engineering adalah memilih kata, frasa, kalimat, dan tanda baca yang baik; perumusan masalah adalah mendeskripsikan masalah dengan sejelas mungkin. Suatu saat nanti, bisa jadi lebih penting untuk mempelajari cara mendeskripsikan masalah daripada menguasai teknik prompt. Memasukkan pertanyaan dan mendapatkan jawaban seperti berbicara dengan seseorang. Namun, seperti halnya percakapan antara dua orang, AI terkadang menjadi rumit dan lupa apa yang dibicarakan. Ini adalah alasan lain mengapa berfokus pada masalah lebih baik daripada membuat prompt yang sempurna.
Nah, jelas bukan apa saja yang harus kita kuasai sebagai orang non-teknis dalam menavigasi gempuran AI? Ingin tahu lebih banyak tentang AI? Bagaimana regulasi, etika, dan implementasinya, terutama dalam bidang pendidikan?
REFO akan segera menyelenggarakan Indonesia Future of Learning Summit (IFLS) 2024 pada tanggal 21 September 2024. IFLS tahun ini mengangkat tema “Integrating AI Into Learning” melanjutkan fokus sebelumnya tentang potensi kecerdasan buatan. IFLS 2024 akan lebih mendalami penerapan praktis dan menunjukkan bagaimana kecerdasan buatan dapat merevolusi pendidikan. Bersama-sama kita akan diskusikan pemanfaatan kecerdasan buatan dalam pembelajaran untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik dan personal.
Tunggu apa lagi? Daftarkan diri Anda sekarang juga di sini.
Penulis: Astrid Prahitaningtyas
Artikel terkait:
- Memaksimalkan Artificial Intelligence (AI) dalam Pendidikan Modern
- Mempersiapkan Sekolah di Era Artificial Intelligence (AI)
- Fitur-fitur AI dalam Canva untuk Pendidikan
- REFO Hadirkan Forum Interaktif Pendidikan dengan Tema Kecerdasan Buatan
- REFO Sukses Selenggarakan G-Schools Indonesia Summit (GSIS) 2024 dengan Tema “Tren AI dalam Pembelajaran Berbasis Google”