Saat ini beberapa sekolah sejak jenjang SD mulai memasukkan tema kewirausahaan dalam pembelajarannya. Jiwa kewirausahaan perlu diperkenalkan pada siswa sejak usia dini. Ini bukan semata-mata untuk mendorong anak mencari uang atau menjadi pengusaha, tetapi guna menanamkan nilai-nilai seorang wirausahawan di dalam diri anak, seperti kerja keras, kemandirian, tanggung jawab, kreativitas dan inovasi.
Berawal dari Entrepreneur Day di sekolahnya, Naya siswi kelas empat SD mampu berinovasi membuat slime sendiri. Saat ini, Naya sudah mempunyai karyawan dan toko untuk mendukung pembuatan dan pemasaran slimenya. Jika saat ini usaha Naya menjadi sangat maju dan menghasilkan uang yang cukup banyak, itu merupakan “BONUS” karakter yang terbentuk saat seorang siswa mengerjakan tugas tema kewirausahaan. Naya mampu berinovasi, kreatif, mau bekerja keras mencoba membuat slime sendiri, bahkan pernah kulit tangannya sampai terkelupas namun ia tidak menyerah.
Wirausaha sendiri dapat dimulai dari menggali apa yang menjadi minat anak. Anak dilatih untuk tidak sekedar mengikuti trend, karena jika anak tidak memiliki minat di situ akan sulit mengembangkan diri atau termotivasi. Anak jadi hanya ikut-ikutan, padahal jiwa seorang wirausaha adalah kreatif dan inovatif, bukan sekedar ikut-ikutan. Berikut ini beberapa contoh anak yang mengembangkan jiwa wirausahanya dengan menggali minat dan bakat mereka.
- Kaleb, anak penyandang autisme dari Yogyakarta, yang memiliki hobi menggambar. Dengan dukungan orang tuanya, ia membuat kaos handmade berlukiskan karyanya sendiri saat berusia 7 tahun. Minat menggambar bisa diaplikasikan dalam berbagai produk, seperti kaos, tas, kotak pensil, dan lain sebagainya.
Minatnya melukis anime membuat Refi membuat komiknya kerap dipesan teman-temannya.
Darah seni Kaleb menurun dari ibunya, darah seni Refi berasal dari kakeknya yang juga seorang pelukis. Dukungan keluarga sangat penting bagi anak untuk dapat menggali bakat dan minatnya.
- Keterampilan berbahasa membuat Bunga Salsabila menjadi seorang vlogger dengan penghasilan yang tak sedikit. Bunga menggunakan minatnya berbahasa Jawa sebagai bahasa pengantar dalam membuat konten.
Penggunaan bahasa Jawa memberi keunikan dalam kontennya. Videonya bisa dinikmati berbagai usia, termasuk orang yang tidak bisa bahasa Jawa pun.
Selain menghasilkan uang, Bunga juga bisa bertemu orang-orang terkenal, seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Kerja keras yang menjadi salah satu ciri jiwa wirausahawan ada di dalam diri Bunga. Ia tidak mudah menyerah mempelajari bahasa Jawa kromo inggil, yang sudah sangat jarang digunakan oleh anak seusianya.
- Nayla Qantrunnada memadukan minatnya pada dunia rias wajah dan latar belakangnya yang bukan dari keluarga berada untuk membuat tutorial rias wajah dengan peralatan seadanya menjadi konten yang diminati banyak orang. Nayla tidak mudah menyerah, meskipun pada awal menerima banyak penghinaan terhadap wajahnya. Ini justru menjadi pemacu untuk terus belajar mempercantik diri dengan makeup sederhana.
Mendorong anak untuk mendalami minatnya adalah salah satu tugas kita sebagai pendidik dan orang tua. Demikian pula mendampingi mereka untuk mengambil berbagai keputusan dalam pengembangan bakatnya. Uang tidak sebaiknya dijadikan tujuan utama dari pengembangan minat dan bakat, tapi anak akan mendapat kepuasan sendiri dari berhasil mendapatkan apresiasi dari hasil usahanya.
Jangan takut untuk memulai ya.
Penulis: Dyahni Ardrawersthi
Artikel Terkait :
- Bersiap Menghadapi Tantangan Profesi Masa Depan
- Karir yang Patut Dicoba para Pecinta Musik
- Profesi untuk Kamu yang Suka Menulis