Menanam pohon menjadi langkah nyata merawat bumi di tengah perubahan iklim, deforestasi dan degradasi lahan, sebuah komitmen sederhana untuk memastikan masa depan yang tetap layak huni.
Akhir November membawa ajakan untuk menanam pohon, bertepatan dengan Hari Menanam Pohon Indonesia setiap 28 November. Peringatan ini menjadi komitmen bersama menghadapi perubahan iklim dan kerusakan alam, sekaligus mendorong pendidik, siswa, dan komunitas sekolah untuk merawat bumi melalui tindakan nyata.
Tantangan Ekologis di Indonesia Saat Ini
Indonesia tengah menghadapi tantangan ekologis yang memengaruhi dunia pendidikan. Polusi udara di banyak kota besar sudah berada pada kategori tidak sehat dan ruang terbuka hijau terus menyusut sehingga anak-anak kian jarang berinteraksi dengan alam. Perubahan iklim pun meningkatkan risiko banjir, longsor, dan kekeringan yang dapat mengganggu proses belajar serta akses aman ke sekolah.
Situasi ini menunjukkan bahwa isu lingkungan melekat pada kehidupan siswa setiap hari. Pendidikan perlu membangun kesadaran ekologis dan empati terhadap bumi sekaligus menegaskan bahwa lingkungan sehat adalah hak setiap anak. Inisiatif sederhana seperti menanam pohon dapat menjadi bagian dari upaya kolektif untuk melindungi mereka dan menciptakan ruang belajar yang lebih aman.
Pohon dan Pendidikan: Dua Elemen yang Saling Menguatkan
Ruang hijau berisi pepohonan menciptakan lingkungan belajar yang lebih sejuk, bersih, dan menenangkan. Dokumen UNICEF berjudul The Necessity of Urban Green Space for Children’s Optimal Development menegaskan bahwa ruang hijau memberi manfaat bagi dunia pendidikan, antara lain:
- Pengembangan karakter dengan mengajak anak-anak belajar bertanggung jawab terhadap alam, peduli komunitas, dan kolaboratif dalam merawat ruang hijau.
- Greening project school yaitu menghidupkan halaman sekolah melalui penanaman pohon atau kebun mini.
- Integrasi kurikulum dengan menjadikan ruang hijau sebagai laboratorium hidup untuk mata pelajaran IPA, IPS, seni, hingga Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
- Meningkatkan kesejahteraan siswa karena kehadiran ruang hijau di sekolah menjadi bagian strategi menjaga kesehatan mental siswa, mengurangi stres, dan meningkatkan konsentrasi belajar.
- Inklusivitas, untuk sekolah di daerah padat atau sedikit akses hijau dapat menjadi penyeimbang agar semua anak dari semua latar belakang punya akses ke ruang hijau.
Dengan fungsi-fungsi tersebut, kehadiran pohon bukan hanya mempercantik sekolah, tetapi memberi pengalaman belajar yang utuh, menghubungkan siswa dengan kehidupan nyata dan membentuk hubungan emosional dengan bumi.
Peran Sekolah dalam Gerakan Menanam Pohon
Berbekal kesadaran tersebut, semakin banyak sekolah menginisiasi gerakan menanam pohon dalam beragam bentuk, seperti:
- Mini forest di lingkungan sekolah memungkinkan sekolah menanam pohon di lahan kecil sekitar 50–200 meter persegi dengan prinsip hutan mini seperti metode Miyawaki. Upaya ini membantu memperbaiki kualitas udara, menurunkan suhu, meningkatkan keanekaragaman hayati, sekaligus menyediakan ruang belajar terbuka tempat siswa memahami proses ekologis, tanggung jawab, dan keberlanjutan melalui pengalaman langsung.
- Kebun sekolah seperti kebun herbal, sayur, atau buah bukan hanya menambah ruang hijau, tetapi juga menjadi sarana belajar dan edukasi gizi. Melalui kegiatan menanam hingga panen, siswa mengenal berbagai tanaman, memahami perawatannya, dan tumbuh lebih peduli pada lingkungan.
- Gerakan menanam pohon dengan model kolaboratif, contohnya:
- Gerakan menanam satu siswa, satu pohon di Kalimantan Timur.
- Konsep Green School melalui penanaman bibit pohon di lingkungan sekolah.
- Membagikan bibit kepada warga, membuktikan bahwa sekolah dapat menjadi penggerak konservasi berbasis komunitas.
Mulai dari mini forest hingga kebun sekolah, berbagai inisiatif menunjukkan bahwa perubahan lingkungan bisa tumbuh dari langkah kecil yang dilakukan terus menerus. Saat siswa menanam dan merawat pohon, mereka bukan sekadar menyaksikan pertumbuhan tanaman, tetapi juga membangun rasa memiliki terhadap bumi.
Teknologi Pendidikan Mendukung Gerakan Hijau
Kemajuan digital tidak menghalangi kedekatan anak dengan alam. Sentuhan langsung tetap penting, sementara teknologi justru dapat memperluas gerakan hijau, membuat pembelajaran lebih menarik, dan mendorong kolaborasi yang lebih kuat.
- Pencatatan pertumbuhan pohon misalnya membuat database sederhana berisi foto, tinggi tanaman, dan perkembangan harian.
- Digital storytelling, dimana siswa membuat cerita digital tentang perjalanan pohon, konservasi lingkungan, atau dampak perubahan iklim.
- Kampanye digital melalui poster digital, video pendek, atau infografis untuk mengajak komunitas sekolah terlibat.
Hari Menanam Pohon Nasional mengingatkan bahwa pohon adalah penopang kehidupan yang menghadirkan udara bersih, menjaga tanah, meredam panas, dan menjadi rumah bagi beragam makhluk. Saat kita menanam pohon, kita menanam harapan sekaligus meninggalkan jejak usaha bagi generasi mendatang. Melalui langkah sederhana yang dilakukan bersama, sekolah dapat menjadi pusat perubahan yang menumbuhkan generasi peduli lingkungan. Mari rayakan Hari Menanam Pohon Indonesia dengan menanam satu pohon hari ini.
Penulis: Yanti Damayanti
Editor: Astrid Prahitaningtyas
Artikel terkait:
