Mengajarkan Keberagaman via Snail Mail

Gegap gempita HUT ke-76 Republik Indonesia baru saja lewat. Tapi tugas kita sebagai pendidik tidak berhenti pada perayaan. Ada tugas yang lebih mendesak sebagai bagian dari manusia Indonesia, yaitu mengajarkan keberagaman ras, suku bangsa, agama, gender, latar belakang sosio-ekonomi, kemampuan belajar, bahkan pribadi.

Tugas ini menghadapi tantangan terbesarnya di era serba daring seperti sekarang. Pandemi telah memaksa kita menjadi eksklusif bahkan individualistis. Hal tersebut juga terjadi pada peserta didik.

Lingkup pertemanan mereka menjadi terbatas di lingkaran keluarga dan beberapa teman saja. Ketika kenal dekat dengan teman sekelas saja tidak, apalagi belajar menerima keberagaman. Jadi bagaimana cara membantu peserta didik membangun relasi satu sama lain sekaligus mengajarkan keberagaman di era serba online tanpa menambah resiko burnout?

Snail mail” bisa menjadi solusi

Tradisi Snail Mail atau surat-menyurat mungkin tergolong asing bagi peserta didik kita yang masuk dalam generasi Z dan Alfa. Tapi asing bukan berarti jelek dan harus ditinggalkan.

Mengapa Snail Mail?

Snail Mail memiliki beberapa keistimewaan:

  • Menulis dengan tangan baik untuk fungsi kognitif dan kesehatan mental

Seperti yang dilansir majalah Forbes, Menulis tangan merupakan terapi yang meningkatkan aktivitas otak. Proses menulis juga meningkatkan kemampuan baca dan berbahasa, mempertajam daya ingat dan mendorong terbentuknya pola berpikir positif

Menulis dengan tangan ada bonusnya loh. Ketidakpraktisan menulis dengan tangan akan memaksa kita memperlambat ritme hidup dan menikmati momen. Dengan demikian, kesehatan mental akan lebih terjaga.

  • Lebih dari sekadar jargon “Mendekatkan yang jauh”

Media sosial mendekatkan teman-teman yang terpisah jarak. Kita hanya perlu scrolling untuk mendapat kabar atau sapaan dari teman-teman di postingan mereka. Tapi itulah masalahnya: tidak spesifik. Efek kepada si pembaca hanyalah, “Ohhh … dia lagi begini.” Lalu info lewat begitu saja. Tidak ada info yang personal atau mendalam.

Berbeda dengan menulis kartu pos atau surat yang penerimanya memang sudah ditentukan dari awal. Pesan dan cerita yang ditulis direncanakan dengan memikirkan  si penerima. Itulah sebabnya surat akan lebih mendorong keakraban.

Mulai berkirim Snail Mail

1. Merancang program

Pengajar dapat menyesuaikan program Snail Mail sesuai kebutuhan dan kurikulum. Berikut adalah hal yang perlu dipertimbangkan:

a. Tujuan. Seperti yang disebutkan di awal, program Snail Mail bertujuan agar peserta didik memahami keberagaman latar belakang teman sekelasnya. Keberagaman yang dimaksud selain latar belakang keluarga dan karakter, juga budaya, ras, suku bangsa, agama, gender.

b. Periode. Jangka waktu program bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Bisa dalam jangka waktu satu semester atau bahkan satu tahun ajaran. Perlu juga dipertimbangkan jumlah minimum surat terkirim per peserta didik.

c. Target. Target program tentu saja peserta didik. Apabila sekolah tergolong homogen, ada baiknya bekerja sama dengan sekolah lain. Mungkin bisa berkolaborasi dengan pengajar lain dari grup , dengan sekolah tetangga, atau sekolah dari luar daerah. Kembali ke tujuan, selain agar peserta didik dapat berlatih membangun relasi, memahami keberagaman adalah tujuan utama program. 

d. Kolaborasi mata pelajaran. Yuk lihat, apakah satu program ini dapat dijadikan penilaian beberapa mata pelajaran? Misalnya, program ini dapat dijalankan di bawah arahan mata pelajaran Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris, Ilmu Sosial, Seni atau Multimedia. Satu hasil untuk dua atau lebih mata pelajaran ini tentu akan meringankan beban tugas murid di masa PJJ. Ajak juga guru BK untuk menganalisa perkembangan pemahaman peserta didik mengenai keberagaman.

2. Kartu pos atau surat?

 

Tentunya kartu pos dan surat memiliki kelebihannya masing-masing. Bagi peserta didik, akan lebih mudah memulai dengan kartu pos yang hanya memiliki bidang kosong 15×10 cm untuk ditulisi. Sedangkan surat cocok untuk bercerita. Dalam perjalanan program, kedua media ini bisa digunakan bergantian, sesuai arahan.

3. Sampaikan kegiatan kepada peserta didik

Program ini adalah opsi kegiatan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang hendak dicapai. Tujuan program, yaitu mengembangkan empati terhadap keberagaman sosial dan budaya bisa disampaikan di awal. Atau bisa juga disampaikan di akhir sebagai konklusi. 

4. Data alamat peserta di Google Form

Setelah menyampaikan tujuan program, kumpulkan alamat peserta didik. Demi faktor kerahasiaan dan keamanan, ada baiknya masing-masing peserta didik mengumpulkan data alamat rumah ke pengajar.

Pengajar dapat menggunakan fitur Google Form dan menjadikan ini assignment pertama apabila keterlibatan peserta didik menjadi salah satu kriteria penilaian.

Jangan lupa untuk menambahkan pengajar yang berkolaborasi sebagai collaborators apabila ini menjadi program kolaborasi dua atau lebih mata pelajaran.

5. Undi nama sahabat Snail Mail

Agar adil dan transparan, baiknya penentuan Snail Mail melalui sistem undi. Pengajar dapat menggunakan website sistem undi virtual seperti wheelofnames.com/.

  • Dalam pembukaan program, pengajar bisa membantu peserta didik menentukan siapa yang akan mengirimkan kartu pos atau surat terlebih dahulu.
  • Jangan lupa menginfokan bahwa alamat pengiriman kartu pos atau surat akan diberitahukan oleh pengajar lewat email atau aplikasi apa pun yang dipilih.

6. Perkenalkan diri sebagai perkenalan

Untuk aktivitas Snail Mail pertama, pengajar dapat mengarahkan peserta didik untuk memperkenalkan diri dengan satu pertanyaan sebagai penutup. Kartu pos tersebut kemudian dibalas dengan perkenalan diri dari sahabat Snail Mail-nya, jawaban atas pertanyaan dan pertanyaan baru. Dan selanjutnya.

7. Bank pertanyaan

Pengajar dapat menyediakan bank pertanyaan sebagai referensi bagi peserta didik. Namun sampaikan juga bahwa keterlibatan peserta didik sangat diharapkan. Maksudnya adalah peserta didik diharapkan untuk tulus mencari tahu tentang Snail Mail-nya, sehingga pertanyaan mengalir alami sesuai dengan rasa ingin tahunya.

Berikut adalah kumpulan pertanyaan yang dapat digunakan sebagai awalan atau panduan. Pertanyaan di bawah bisa dan sebaiknya dikembangkan sesuai kebutuhan sekolah dan murid.

  • Ketertarikan dan hobi
    1. Apa yang kamu senang lakukan ketika sedang senggang?
    2. Pernahkah kamu jadi sukarelawan di lingkungan atau komunitasmu?
    3. Apa judul buku / serial TV / warna kesukaan / makanan / menu sarapan favoritmu?
    4. Apa olahraga yang paling kau sukai?
    5. Apa lagu yang sering didengar belakangan ini?
    6. Selain sekolah, les apa yang kamu ambil?
    7. Di masa pandemi seperti sekarang, kegiatan akhir pekan apa yang senang untuk dilakukan?
    8. Sebutkan tiga hal yang kamu sukai dari dirimu sendiri!
    9. Masalah internasional apa yang menjadi perhatianmu? (Krisis iklim, pandemi, kesehatan mental, overpopulasi, dll)
    10. Apa mimpi terbesarmu?
    11. Apa masalah atau situasi terberat bagimu minggu ini?
  • Relasi dan kecerdasan emosi
    1. Bagaimana cara kamu berkomunikasi dengan teman di era pandemi? Melalui sosial media, mengobrol di telepon atau WA, atau menggunakan layanan komunikasi video seperti Gmeet atau Zoom?
    2. Apa yang kamu lakukan bila sedang sedih?
    3. Apa yang orang lakukan kepadamu yang membuatmu merasa dihargai dan dimengerti?
    4. Satu kata yang biasa digunakan temanmu untuk menggambarkan dirimu?
    5. Hal apa yang membuatmu bersyukur?
  • Keluarga dan latar budaya
    1. Bagaimana kamu mengidentifikasikan dirimu? Kamu berasal dari suku bangsa apa?
    2. Apa pekerjaan ayah dan ibumu?
    3. Apakah kamu menggunakan bahasa ibu selain bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan keluarga?
    4. Siapa anggota keluarga yang kamu jadikan panutan?
    5. Ceritakan satu memori bersama keluarga yang paling kau ingat dan sukai!
    6. Hal apa yang paling kamu sukai tentang keluargamu?
    7. Apa agamamu?
    8. Apa liburan atau hari raya keagamaan yang paling dinikmati keluarga?
    9. Adakah tradisi/upacara yang dirayakan dalam keluargamu? Mungkin aqiqah atau tedak siten waktu kecil
  • Kemampuan akademis
    1. Apa mata pelajaran yang kamu suka? Apa mata pelajaran yang paling kamu tidak sukai?
    2. Apa yang paling kamu sukai / tidak sukai dari sekolah online?
    3. Bagaimana metode belajar favoritmu: diskusi, mendengarkan penjelasan, atau membaca?
    4. Mana yang kamu pilih, kerja kelompok atau individual?
  • Isu sosial
    1. Bagaimana pendapatmu tentang warna kulit yang berbeda?
    2. Bagaimana pendapatmu tentang hipospadia yang seperti dialami oleh mantan atlet voli perempuan?
    3. Bagaimana pendapatmu tentang perempuan yang tomboy atau laki-laki yang halus perasaannya?

8. Cara berkirim Snail Mail

Tidak kalah penting, ajarkan peserta didik bagaimana cara mengirim surat atau kartu pos dengan perangko. Sebelum menyampaikan, ada baiknya membaca pengalaman dan tips yang dibagikan oleh Rifihana dalam blognya tentang Kirim Surat Mei 2021 & Tips Ketemu Petugas Pos Baru dan Tarif Prangko Kirim Surat & Kartu Pos

9. Monitoring program Snail Mail

Program Snail Mail ini memang bersifat pribadi, tapi ada baiknya pengajar turut memonitor untuk memastikan program memang benar berjalan. Selain itu, monitoring ini juga merupakan upaya menciptakan kondisi aman yang telah disebutkan di atas.

Ajak guru BK untuk membantu menganalisa perkembangan kecerdasan emosi anak dalam program ini. Guru BK dapat membuka ruang diskusi apabila ditemukan isu mengenai keberagaman yang memerlukan perhatian khusus.

Tentu saja cara monitoring ini dikembalikan lagi ke guru masing-masing. Monitoring bisa dalam bentuk foto dan unggah seperti contoh gambar di bawah ini.

Atau dalam bentuk isian Google Form satu kolom dengan pertanyaan: Apa yang kamu pelajari/ketahui dari sahabat Snail Mail-mu dalam pos kali ini?

Beberapa saran terkait pelaksanaan program:

  • Partisipasi peserta didik dapat dijadikan variabel penilaian karena belajar adalah proses, bukan hanya hasil.
  • Jika berkolaborasi dengan mata pelajaran lain, isian jawaban ini juga dapat dinilai sesuai fokus pelajaran masing-masing. Contohnya, grammar & structure untuk pelajaran Bahasa Inggris.
  • Penilaian untuk segi bahasa jangan dilihat dari kartu pos atau surat yang dikirimkan. Biarkan dan arahkan peserta didik untuk berkomunikasi dengan bahasa non-formal yang dianggapnya nyaman. 

10. BE YOURSELF

Tanamkan kepada peserta didik untuk menjadi jujur dengan diri mereka sendiri dalam mengikuti program Snail Mail ini. Tanamkan juga kepada mereka agar jujur dalam pertemanan yang mereka bangun melalui program ini. Selain mengajarkan keberagaman, tentu saja kita mengharapkan adanya pertemanan tulus yang terjalin melalui program ini.

11. Hasil Akhir

Hasil akhir program juga dikembalikan kepada diskusi guru yang berkolaborasi. Apabila program dilakukan antar mata pelajaran bahasa dan ilmu sosial, mungkin bentuk karya tulis dengan tema “mengenal sahabat Snail Mail” atau “apa yang aku pelajari dari sahabat Snail Mail” sudah cukup. Bisa juga hasil akhir dalam bentuk presentasi untuk public speaking. Apabila mata pelajaran multimedia/seni juga ikut berkolaborasi, hasil akhir dapat berupa video dengan tema sama. Penting untuk diingat pengajar: hanya diperlukan satu hasil akhir sebagai penilaian mata pelajaran yang berkolaborasi.

Selamat menciptakan memori yang menyenangkan bagi peserta didik dengan Snail Mail. Semoga keberagaman kita sebagai masyarakat Indonesia dapat tetap terjaga dan terpelihara.

Penulis : Tricia Catherina

Artikel Terkait :

Share :

Related articles