Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa hanya 10,6% anak Indonesia yang sarapannya mencukupi asupan energi 30% kebutuhan sehari. Berdasarkan data yang sama, 26% anak Indonesia malah hanya mengkonsumsi minuman pada waktu sarapan, baik itu air putih, teh atau susu.
Bahaya tidak sarapan
Padahal riset di berbagai negara telah menyimpulkan bahwa ada hubungan antara sarapan, rasa lapar, dan kemampuan akademis anak. Anak dan remaja yang lapar ketika sekolah lebih banyak mengalami masalah emosional, perilaku, kesehatan mental dan akademis. Contohnya, mereka memiliki skor matematika yang lebih rendah, lebih banyak melakukan kesalahan dalam tugasnya, lebih banyak terlambat, dan lebih tinggi kemungkinan absen dan terlambat. Dari sisi mental, mereka juga lebih hiperaktif dan sulit konsentrasi, lebih mungkin diskors, serta lebih mungkin mengalami problematika sosial dengan anak lain.
Tentunya kita tidak ingin ini terjadi pada anak-anak kita, bukan?
Manfaat sarapan
Sementara sarapan memberi manfaat akademik yang besar, di antaranya:
- Anak didik yang sarapan di sekolah menjelang masa ujian memiliki nilai lebih tinggi daripada yang sarapan di rumah (yang seringkali nutrisinya tidak terkontrol) atau yang tidak makan pagi
- Murid yang sarapan sebelum menjalani ujian mencatat skor lebih tinggi untuk mengeja, membaca, dan matematika dibanding mereka yang tidak makan pagi
Perlukan sarapan di sekolah?
Melihat berbagai data ini, beberapa negara telah menjalankan program penyediaan sarapan di sekolah di daerah-daerah berpendapatan rendah. Anak-anak yang menikmati sarapan di sekolah mencatat perbaikan berikut:
- Prestasi akademik mereka membaik terutama untuk matematika dan kosa kata
- Kemampuan untuk menjalankan tugas yang memerlukan ketahanan mental membaik, demikian pula reaksi mereka terhadap hal-hal yang membuat mereka frustasi lebih positif
- Lebih jarang bolos, frekuensi terlambat juga berkurang
- Kemampuan konsentrasi, menangkap pelajaran, daya ingat dan kognitif mereka meningkat
Yuk ajak anak sarapan!
Sebagai langkah awal, himbau orang tua murid untuk menyiapkan sarapan yang bergizi bagi anak yang mengandung protein (mis: telur, tempe), zat besi (sayur hijau), karbohidrat kompleks (nasi, roti tanpa gula atau umbi-umbian) dan serat (buah).
Ingatkan juga orang tua bahwa donat atau susu kemasan yang tinggi gula, mie instan, apalagi minuman berenergi, bukan sarapan yang berkualitas.
Bila anak mengatakan “tidak lapar”, bisa jadi karena mereka masih mengantuk ketika bangun pagi. Coba biasakan anak untuk tidur lebih awal supaya mereka bangun setelah mendapatkan tidur cukup sesuai usianya:
- Usia 6−12 tahun membutuhkan tidur 9−12 jam per hari
- Usia 13−18 tahun membutuhkan tidur 8−10 jam per hari
Demikian pula anda sebagai guru kami anjurkan untuk memulai hari anda dengan sarapan bergizi. Mengajar memerlukan banyak energi, kemampuan berkonsentrasi, dan ketahanan mental … semua ini memerlukan nutrisi yang baik di pagi hari sebelum anda mulai bekerja.
Penulis : Elina Ciptadi