Bentuk Anak Menjadi Warga Digital yang Tangguh

literasi digital literacy

Di era yang semakin digital, anak tidak lagi hanya harus belajar akademis, tetapi juga perlu melek digital. Sehubungan dengan Hari Pendidikan Internasional yang diperingati setiap tanggal 24 Januari, REFO ingin mengajak semua orang tua untuk dapat mengajarkan literasi digital di rumah dengan cara sederhana, sehingga anak mudah memahami dan siap menyambut masa depannya yang akan kian sarat teknologi.

Sebagai orang tua, kita harus memastikan agar anak dapat menjelajahi dunia maya dengan aman dan bertanggung jawab. Mengajari literasi digital ke anak tidak hanya penting untuk keselamatan mereka, tetapi juga mempersiapkan mereka agar dapat menjadi generasi masa depan yang berkontribusi positif.

Berikut adalah beberapa cara mendidik anak di rumah agar memiliki literasi digital yang baik dan menjadi warganet yang bertanggung jawab.

  1. Ajari teknik “bela diri” di dunia maya

Ajarkan anak cara melindungi dirinya di dunia maya. Sama seperti di dunia nyata, selalu ada bahaya yang mengintai, seperti predator, cyberbullying atau perundungan daring, pencurian data, dan kecanduan internet.

Terkait predator dan perundungan daring, beritahu anak untuk segera menyampaikan pada orang tuanya saat merasa tidak nyaman dengan perlakuan seseorang di dunia maya. Perasaan negatif ini bisa saja dalam bentuk rasa takut, cemas, terpojok, tersinggung, atau sekedar tidak nyaman. Komunikasi terbuka akan memudahkan orang tua untuk mencegah terjadinya hal yang lebih buruk pada sang anak.

Ajarkan pula untuk tidak memberikan informasi pribadi ke siapa pun di dunia maya. Data seperti nama lengkap, tempat tinggal, nama sekolah, dan nomor telepon pribadi jangan pernah dibagikan di internet. Buat nama samaran yang dapat digunakan oleh sang anak, dan jika perlu, ceritakan kasus penyalahgunaan data pribadi sesuai tingkat pemahaman anak.

Berikan juga batasan penggunaan internet untuk mencegah kecanduan. Misalnya dengan memberlakukan jam malam, melarang penggunaan saat jam makan maupun acara kumpul keluarga, dan mengunci gadget setelah melebihi durasi tertentu. Berikan pengertian kepada anak tentang tujuan pembatasan tersebut, dan bahas tentang dampak buruk kecanduan internet.

  1. Ajarkan kemampuan untuk menyaring informasi

Anak perlu tahu cara menemukan sumber informasi yang dapat dipercaya, karena banyaknya disinformasi yang tersebar di dunia maya.

Beberapa cara yang dapat diajarkan kepada anak:

  • Cari informasi hanya dari sumber yang dapat dipercaya, misalnya dari situs web atau media sosial milik institusi formal dan/atau otoritatif, media arus utama, maupun komunitas kelembagaan.
  • Menanyakan ke orang tua atau guru di sekolah mengenai kesahihan informasi yang mereka temukan di internet.
  • Gunakan mesin pencari (search engine) seperti Google untuk memastikan kesahihan sebuah informasi. Semakin banyak sumber (dari institusi/lembaga formal/otoritatif dan media arus utama) yang menyebutkan informasi tersebut, semakin valid pula informasinya. Jika sumbernya sedikit dan dari situs-situs web yang tidak ada kejelasan formalitasnya, ajarkan untuk tidak menyebarkan informasi tersebut karena kemungkinan disinformasinya tinggi.
  1. Ajari mereka untuk menjadi warga digital yang bertanggung jawab

Bentuk anak kita untuk menjadi warga digital yang baik dengan cara:

  • Mengajarkan dan mengingatkan tentang etika dan tata krama

Ingatkan bahwa terkadang diam itu emas. Jika anak memutuskan untuk menanggapi opini orang lain, ingatkan untuk “lambat” dalam merespon; periksa kembali apakah bahasa yang digunakan sopan dan tidak menyerang pribadi orang lain.

  • Mencantumkan sumber

Ingatkan untuk tidak menyalin hasil karya orang lain tanpa mencantumkan sumbernya, baik itu gambar, tulisan, maupun hasil karya digital lainnya. Diskusikan dengan mereka, “Jika kamu sudah susah payah membuat atau menulis sesuatu lalu ada orang yang mengklaim itu hasil karyamu itu, bagaimana perasaanmu?”.

  • Menghargai perbedaan

Dunia maya adalah dunia tanpa batasan ruang dan waktu. Mereka akan bertemu dengan orang-orang yang memiliki latar belakang dan cara pandang yang beragam. Karena itulah, anak perlu memahami adanya keragaman ini dan tahu cara menghargai perbedaan, termasuk perbedaan pendapat. Jika anak sudah memahami Pancasila, ingatkan bahwa sila pertama mengajarkan mereka untuk menghormati perbedaan agama dan keyakinan, sedangkan sila kedua mengajarkan untuk berlaku secara adil dan beradab. Dengan kata lain, perlakukanlah orang lain dengan baik.

  1. Dukung aktivitas digital yang positif

Jika mereka sudah memahami etika menjadi warganet, orang tua dapat lebih “melepas” mereka ke dunia digital. Ingat, bahwa anak-anak ini akan memasuki dunia kerja yang akan semakin bergantung pada teknologi. Oleh karena itu, mereka perlu piawai menggunakan internet dan perangkat pendukungnya.

Dukung pula keahlian digital sesuai minat anak, misalnya keahlian coding (bahasa pemrograman), menggunakan aplikasi desain grafis dan/atau penyuntingan foto/video, ataupun teknik mesin seperti robotik dan engineering. Banyak juga terdapat game digital yang dapat mengasah keahlian-keahlian teknis di atas, selain juga mengasah kemampuan berpikir kritis dan strategis.

Dunia maya menawarkan banyak peluang untuk anak dapat berkembang jauh lebih cepat dibandingkan dengan hanya belajar di sekolah. Namun, orang tua harus bijak dalam mendukung keterampilan digital anaknya. Dengan demikian, tak hanya anak siap menjadi warga digital yang baik dan bertanggung jawab, tetapi juga lingkungan keluarga dapat lebih terlindungi.

Mari selamatkan dan majukan generasi muda dengan literasi digital yang baik.

Selamat Hari Pendidikan Internasional!

Penulis: Dania Ciptadi

Artikel terkait:

Share :

Related articles