Bincang Petang dengan Komunitas Pengembang Digitalisasi Pembelajaran (KPDP) Provinsi Jawa Tengah: Saya Bangga

komunitas refo jawa tengah

PT Reformasi Generasi Indonesia (REFO) adalah nama perusahaan yang saya dirikan pada tahun 2018. Sejak awal menginisiasi REFO, saya punya cita-cita untuk bisa mentransformasi Indonesia. Saya ingin anak-anak muda, dan kita-kita yang berjiwa muda, menjadi generasi yang holistik. Menjadi orang-orang yang punya tujuan hidup yang crystal-clear dan takut akan Tuhan.

Ketertarikan terhadap dunia pendidikan, serta renjana untuk mengubah Indonesia membuat saya ingin menjadikan REFO sebagai sebuah perusahaan yang memberikan dampak yang terus bermultiplikasi. Saya tidak pernah bermimpi REFO menjadi perusahaan raksasa, yang saya inginkan adalah imbasnya yang gigantik.

Persis seperti filosofi logo REFO, gambar gulungan ombak yang menyerupai tangan mengepal. Kepalan tangan bermakna perjuangan, dan ombak diartikan sebagai percikan air yang terus menggulung. Artinya, hal-hal kecil yang dilakukan REFO akan terus menggulung segala status quo dan negativitas, menggantinya dengan hal baru yang berdampak luar biasa. Sesuai dengan nama lengkapnya, REFO ingin mereformasi generasi Indonesia, dan saya percaya bahwa cara yang paling strategis adalah melalui jalur pendidikan. 

Saya bersyukur, REFO mempunyai kesempatan untuk berkolaborasi dengan Google for Education dan Kemendikbudristek untuk mengadakan program Google Master Trainer (GMT), sebuah program pelatihan yang mempersiapkan pendidik terpilih yang diseleksi berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh Kemendikbudristek, yang memiliki tugas untuk melatih guru dan tenaga kependidikan dalam menggunakan perangkat Google Workspace for Education di Akun Pembelajaran belajar.id.

Dengan program ini, REFO telah membuat dampak dengan menciptakan lebih dari 5.000 Google Master Trainer, melatih lebih dari 160.000 pendidik, dan lebih dari 3.000.000 Akun Pembelajaran belajar.id guru diaktivasi. Sebuah pencapaian yang sangat patut saya syukuri.

Cerita perubahan yang inspiratif terus mengalir dari para alumni program ini, baik melalui media sosial, email, dan bahkan ada yang langsung menghubungi Coach REFO melalui telepon atau WhatsApp. Sungguh membanggakan sekaligus mengharukan, mendengar mereka menceritakan tentang manfaat yang mereka rasakan dari program ini. Tak hanya soal transformasi ruang belajar, di mana kelas dan sekolah tradisional menjadi digital, tapi juga transformasi dalam diri dan karir mereka.

Hari Sabtu, 27 Agustus 2022 lalu, saya dan tim REFO memperoleh kesempatan istimewa untuk bertatap muka dan berbincang-bincang dengan para alumni program Google Master Trainer dari Provinsi Jawa Tengah. Kebetulan saya dan tim REFO sedang ada acara di Semarang, jadi kami undang para alumni tersebut untuk ngobrol-ngobrol santai.

Jujur, saya tidak menyangka akan banyak yang hadir, dan tidak hanya dari Kota Semarang saja. Kapten (pemimpin komunitas di tingkat provinsi) dan para Ko-Kaptennya (pemimpin komunitas di tingkat kota/kabupaten) ini datang dari berbagai daerah di Jawa Tengah, yaitu Tegal, Kendal, Cilacap, Sragen, Rembang, Kebumen, Demak, Klaten, Boyolali, Sukoharjo, dan Temanggung.

Tidak ada agenda khusus dari pertemuan hari itu, selain temu kangen dan memanfaatkan momen untuk tatap muka secara langsung, karena selama ini kami ‘kan hanya saling ketemu di dunia maya.

Mixed feelings adalah yang saya rasakan saat mereka memperkenalkan diri masing-masing. Ada yang bercanda, ada yang serius, bahkan ada yang haru-biru sembari mengucapkan terima kasih dan menyampaikan apresiasi kepada REFO. Salah satunya adalah Fakhrudin Sujarwo, ia adalah Kapten untuk Provinsi Jawa Tengah yang juga seorang guru di SMA Negeri 1 Sambungmacan, Kab. Sragen.

Pak Fakhrudin mengatakan bahwa ia beserta rekan-rekan sangat senang karena akhirnya bisa bertatap muka dengan kami, bahkan ia mengatakan kalau komunitasnya sudah lama bermimpi bahwa suatu saat REFO bisa bersilaturahmi ke Jawa Tengah.

Izinkan saya mengutip ucapannya saat itu, “Program GMT yang telah kami jalani ini tidak sekedar hanya digunakan untuk mentransformasi pembelajaran digital, tapi kami juga membangun jejaring dan persaudaraan. Kami jadi mampu melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah dipikirkan. Kawan-kawan bisa bersinergi dengan dinas di kabupaten dan kota, dan stakeholder lainnya. Ada panggung yang tercipta yang membuat kami bisa mengeksplorasi potensi-potensi yang selama ini mungkin terpendam. Terus terang saja, jika bukan karena jalan yang diberikan oleh REFO, kami tidak akan mungkin sampai sejauh ini.”

Ada rasa haru dan bangga mendengarkan cerita Pak Fakhrudin. Keinginan saya di mana hal-hal yang dilakukan REFO bisa menghasilkan dampak yang luar biasa, ternyata bukan impian belaka, tetapi sesuatu yang sangat mungkin untuk menjadi kenyataan.

Ada lagi surprise, para penggerak tersebut ternyata telah membentuk Komunitas Pengembang Digitalisasi Pembelajaran (KPDP) Jawa Tengah, di mana mereka biasa berkumpul, melakukan curah ide, dan bergerak bersama demi transformasi digital yang lebih baik untuk dunia pendidikan di Jawa Tengah. Sungguh sebuah inisiatif yang hebat.

Di sini saya merasakan percikan air dari REFO sudah mulai membesar, kemudian menggulung, dan terus bermultiplikasi. Dampak dari program GMT tak hanya dirasakan oleh para alumni yang sore itu hadir, tapi mereka telah menularkannya ke seluruh provinsi. Sungguh saya berharap hal ini tak hanya terjadi di Jawa Tengah, tapi juga di seluruh provinsi di Indonesia.

Sore itu saya sampaikan pada teman-teman KPDP untuk tak ragu menghubungi saya jika mereka punya ide-ide besar. Ide apa pun! Dengan senang hati, saya mau mendiskusikannya dengan mereka, agar ide itu menjadi kenyataan.

Saya melihat pentingnya komunitas semacam KPDP ini dalam mereformasi generasi dan mentransformasi Indonesia. Saya dan REFO saja tak akan mampu menjangkau Indonesia yang terdiri lebih dari 17.000 pulau, dan dengan  jumlah penduduk yang lebih dari 270 juta jiwa. Saya dan REFO membutuhkan orang-orang yang memiliki visi dan misi yang sama dengan kami. Orang-orang yang percaya pada Indonesia, orang-orang yang mau bahu-membahu membangun manusia Indonesia, demi masa depan kita semua.

Sebelum meneruskan acara ngobrol santai, teman-teman dari KPDP Jawa Tengah sempat memberikan cendera mata untuk untuk saya dan tim REFO, berupa selempang Samir khas Kasunanan Surakarta yang, setelah saya cari tahu lewat Google, merupakan kelengkapan busana keraton yang hanya boleh dikenakan/dipasangkan pada seseorang yang tengah atau akan menjalankan ayahan (tugas dan kewajiban kenegaraan). Sebuah gestur yang sangat saya hargai, artinya teman-teman KPDP berpikir REFO patut menerima Samir, karena artinya kami dianggap tengah menjalankan tugas dan kewajiban kenegaraan.

Acara bincang petang yang seru banget itu akhirnya harus kami sudahi. Rasanya tidak ingin mengakhirinya, tapi tugas dan kewajiban lainnya dari tim REFO dan teman-teman KPDP sudah menanti.

Saya berharap suatu saat kami bisa ketemu lagi, dan juga ingin banget saya dan REFO punya kesempatan untuk ketemu dengan komunitas-komunitas para penggerak digitalisasi pendidikan dari seluruh Indonesia, agar kami bisa langsung berbagi cerita, ide, kebahagiaan, dan kenangan bersama.

Salam Transformasi Pendidikan!

Share :

Related articles