Hikmah Perpanjangan PJJ

Sudah satu tahun lebih kita menemani anak-anak sekolah dari rumah. Anak-anak mulai rindu sekolah, rindu bertemu teman dan guru-guru. Rencananya, per 12 Juli 2021 anak-anak akan memasuki tahun ajaran baru dengan kembali ke sekolah. Kegembiraan, riang ria, sudah terpancar dari wajah-wajah mereka. 

Namun apa daya, COVID-19 makin meraja, menunda rencana kembali ke sekolah. Sebagai orang tua yang mendampingi anak-anak sekolah dari rumah, kita pun mulai lelah. Ternyata kita harus menemani anak-anak sekolah dari rumah lebih lama lagi. 

Menjawab rasa lelah, bosan dan putus asa, penulis mengajak beberapa orang tua, untuk melihat dan mengingat hal baik yang membawa kegembiraan, selama satu tahun menemani buah hati sekolah dari rumah. 

Sebagian besar orang tua masih berkeluh-berkesah bahwa lebih banyak hal menjengkelkan dari pada menggembirakan saat mendampingi anak sekolah dari rumah. Namun, bila setiap orang  memberikan satu hal baik tentang PJJ, bila dikumpulkan ternyata banyak juga manfaatnya.

Semoga daftar manfaat PJJ ini dapat menjadi amunisi kita bertahan beberapa waktu lagi menemani buah hati kita sekolah dari rumah.

  1. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) mendekatkan “jarak” antara anak dan orang tua. 

Sebelum pandemi, kala anak pergi ke sekolah  dan orang tua bekerja penuh waktu, kita minim memiliki waktu mendampingi anak.

Ada  dari kita yang berangkat kerja ketika anak belum bangun, dan pulang kerja setelah anak-anak tidur. 

Anak-anak ditemani oleh orang tua yang tidak bekerja, kakek nenek, guru les, atau asisten rumah tangga, sehingga ada anak-anak yang jauh lebih dekat dengan pengasuh,  dibandingkan dengan orang tua. Satu kawan penulis bercerita ketika orang tua pergi bekerja atau berkegiatan di luar rumah, sang anak hanya melambai sekilas, bahkan cuek. Tetapi ketika pengasuh pergi sebentar saja, anak menangis minta ikut dan merasa kehilangan.

Sebagai orang tua, kita kerap membela diri bahwa bekerja untuk anak. Kadang kita lupa bahwa anak membutuhkan waktu, perhatian dan kasih sayang kita. 

Bisa jadi, inilah waktu yang Tuhan berikan untuk memulihkan hubungan antara orang tua dan anak yang sempat hilang karena minimnya perjumpaan. 

  1. Sejak pandemi, anak-anak menjadi lebih sehat. 

Beberapa responden mengatakan, biasanya minimal sebulan sekali harus membawa anak ke dokter karena tertular temannya di sekolah. Selama satu setengah tahun di rumah saja, baru dua kali membawa anak ke dokter, itupun untuk imunisasi, bukan karena anak sakit.

Bayangkan, dahulu anak dengan sakit cacar, wajah masih ada bekas cacar, datang ke sekolah demi “tidak ketinggalan pelajaran” lalu menularkan cacar ke beberapa teman. Ada juga kasus anak dengan sakit HFMD atau Hand Foot and Mouth Disease (yang dikenal dengan flu Singapore), demam dan ruam kulit yang terjadi karena virus yang menyerang tangan, kaki, atau mulut, bisa tetap ke sekolah, hingga satu kelas tertular penyakit ini.

Apalagi anak yang hanya batuk pilek tanpa demam, biasanya masih bisa ke sekolah, dengan dalil “takut ketinggalan pelajaran”. 

Namun sekarang, batuk menjadi sesuatu yang sangat diwaspadai. Bila sekolah telah kembali tatap muka nanti, pihak sekolah dapat dengan tegas melarang anak yang sakit apapun untuk masuk sekolah, belajar dari pengalaman pandemi. Dan anak tidak perlu lagi takut ketinggalan pelajaran, karena guru, siswa dan orang tua, sudah terlatih memanfaatkan sistem PJJ.

  1. Anak jauh lebih mengerti dengan apa yang mereka pelajari, karena didampingi oleh ayah dan ibu. Ayah, yang dulu jarang menemani anak belajar, kini menjadi salah satu guru terbaik anak-anak. Peran ayah sangat positif dalam tumbuh kembang dan pendidikan anak, namun selama ini kurang dipahami karena ayah sibuk bekerja dan ibu mendominasi peran membesarkan anak. Padahal anak butuh kehadiran kedua orang tua..

Selain itu ada beberapa hal positif lain:

  1. Orang tua, anak dan guru, sama-sama belajar beragam teknologi untuk mendukung pembelajaran jarak jauh.
  2. Orang tua dapat memantau perkembangan belajar anak dari dekat, dapat pula melihat secara langsung  guru mengajar dan peran sekolah dalam mendidik anak mereka.
  3. Jam belajar lebih fleksibel, bisa disesuaikan dengan kondisi kesibukan orang tua yang sedang bekerja dari rumah. Jam belajar anak juga bisa lebih panjang.
  4. Para ibu juga suka karena tidak perlu memberi uang untuk jajan atau uang transpor. Hemat waktu juga, karena tidak perlu antar jemput anak. 

Bagaimana dengan anda, dapatkah anda menambahkan hal baik dan menggembirakan kala menemani anak melakukan PJJ? 

Ingatlah hal-hal baik ini, sebagai sumber kekuatan untuk melewati masa PJJ yang diperpanjang.

Penulis: Dyahni Ardrawersthi

Artikel terkait :

Share :

Related articles