Hari Gerakan Sejuta Pohon seringkali lewat begitu saja tanpa aksi yang berarti. Padahal jika kita menjadikan hari tersebut gong pembuka untuk menanam ilmu kehidupan yang berkelanjutan (sustainable living) di sekolah, kita akan menuai individu-individu yang sadar pentingnya kelestarian alam. Artikel ini memberikan gagasan sederhana bagaimana sekolah dapat merayakan Hari Gerakan Sejuta Pohon dengan aksi nyata.
Hari ini kita memperingati Gerakan Sejuta Pohon. Tentunya kita sudah mengetahui betapa vitalnya peran pohon dalam keberlangsungan hidup semua makhluk di bumi. Pohon menopang kehidupan dengan cara memberi oksigen, memperbaiki kualitas udara, menurunkan suhu udara, mencegah erosi dan abrasi, dan banyak lagi fungsi pohon lainnya.
Namun, hari Gerakan Sejuta Pohon tidak akan berarti apa-apa jika kita tidak mengambil bagian dalam aksi penghijauan dengan memberi kembali kepada alam. Apa sajakah aksi nyata yang bisa kita lakukan dalam rangka hari Gerakan Sejuta Pohon bersama dengan peserta didik?
1. Tentu dengan menanam pohon
Mengutip Dwi R. Muhtaman, CEO Re.Mark Asia dalam artikelnya, “Satu pohon yang kita tebang akan mengurangi setitik penopang kehidupan. Sebaliknya setiap pohon yang kita tanam akan menambah kekuatan penopang hidup kehidupan di bumi.” Karena itu, sekolah bisa mengadakan kegiatan menanam pohon, baik di lingkungan sekolah ataupun di luar sekolah.
Untuk lingkup yang lebih kecil, yaitu di lingkungan sekolah, setiap kelas dapat diminta untuk menyumbangkan satu jenis anakan pohon. Penanaman pohon bisa dilakukan secara seremonial bersama peserta didik, sambil menanamkan pentingnya peran pohon dalam kehidupan.
Sedangkan, untuk lingkup yang lebih besar, bisa libatkan OSIS untuk mengorganisasi penggalangan dan penyaluran dana. Peserta didik mendapat pengalaman tambahan dalam berorganisasi, serta memiliki kesempatan untuk memberi dampak lebih besar kepada lingkungan. Dana yang terkumpul bisa disumbangkan ke yayasan konservasi alam yang memiliki program untuk penanaman pohon seperti WWF Indonesia, Adopsi Pohon Riau, Alam Sehat Lestari,
2. Memberlakukan kembali sistem piket dan Operasi Semut
Siapa yang ketika SD melakukan piket dan operasi semut? Jangan anggap sepele kedua kegiatan tersebut. Kegiatan yang sekarang banyak diambil alih oleh staf kebersihan tersebut adalah latihan yang baik agar anak peduli sosial dan lingkungan hidup.
Sistem piket bisa digiatkan kembali. Tugas piket yang bisa dilakukan oleh peserta didik antara lain: mempersiapkan alat pendukung KBM, membersihkan dan merapikan kelas, menyiram tanaman sekolah, dsb.
Kegiatan yang belakangan jarang terdengar adalah Operasi Semut. Tentu ini bukan soal membawa semut ke meja laboratorium untuk dioperasi, ya. Operasi semut yang dimaksudkan disini adalah operasi gotong-royong untuk membersihkan lingkungan sekolah. Bukan hanya memungut dan membuang sampah ke tempatnya, tapi ada baiknya peserta didik diajarkan cara memilah sampah dan membuangnya berdasarkan kategori (plastik, kertas, kaca/logam). Bisa juga menambahkan muatan pembuatan kompos dari kumpulan sampah daun.
Kedua kegiatan tersebut tentu memiliki manfaat bagi peserta didik. Manfaat jangka pendek adalah peserta didik belajar bergotong royong, kerjasama, dan mendorong peserta didik untuk memiliki tanggung jawab. Manfaat jangka panjang adalah menumbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan yang akan dibawa peserta didik hingga dewasa.
3. Memasukkan Green Behavior (perilaku ramah lingkungan) dalam kurikulum sekolah
Kegiatan yang sudah disebutkan dalam poin-poin sebelumnya hanya akan menjadi program tempelan saja tanpa perencanaan dan praktik berkelanjutan. Karena itu, penting memasukkan Green Behavior dalam kurikulum pembelajaran peserta didik.
Secara singkat, Green Behavior adalah pengaplikasian etika lingkungan dalam seluruh keputusan yang diambil dalam lingkungan sekolah. Dalam praktik sederhananya, seluruh kegiatan di sekolah harus memperhatikan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle), termasuk pengadaan sarana penunjang seperti tempat sampah kategorial atau karung pengompos misalnya.
Sedangkan dalam praktik yang lebih holistik, penerapan Green Behavior ini juga termasuk mengembangkan kurikulum ramah lingkungan yang praktis, mudah diajarkan dan diterapkan dalam kehidupan sekolah. Selain itu, Green Behavior juga mendorong terciptanya kebijakan-kebijakan sekolah ramah lingkungan.
Mari jadikan Hari Gerakan Sejuta Pohon sebagai gong pembuka untuk aksi kehidupan yang berkelanjutan di sekolah kita. Jika bukan kita yang memulai menjaga kelestarian alam dan mengajarkannya, siapa lagi?
Penulis : Tricia Catharina
Artikel Terkait :