Pentingnya Digitalisasi Pendidikan Menuju Generasi Indonesia Emas 2045

Hakteknas yang diperingati setiap tanggal 10 Agustus merupakan peringatan akan penerbangan pertama kali pesawat N-250 Gatotkaca. Sebuah bukti bahwa pengembangan iptek akan menghasilkan inovasi yang membanggakan. Bagaimana relevansi Hakteknas dengan dunia pendidikan masa kini? Yuk, simak artikel berikut.

Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) diperingati setiap tanggal 10 Agustus untuk mengenang tonggak sejarah kebangkitan teknologi di Indonesia. Pada tanggal yang sama tahun 1995, pesawat N-250 Gatotkaca pertama kali diterbangkan. Pesawat tersebut merupakan hasil karya anak bangsa yang menjadi bukti bahwa pengembangan jiwa iptek dapat menghasilkan inovasi nasional yang membanggakan.

Bagaimana relevansi Hakteknas dengan dunia pendidikan saat ini?

Menurut data Badan Pusat Statistik, penduduk Indonesia kelompok usia 0-19 tahun pada tahun 2021 adalah sejumlah 88,3 juta jiwa, dan kelompok itulah yang diharapkan menjadi generasi Indonesia Emas 2045, generasi SDM yang unggul dan berdaya saing secara global.

Seperti apakah itu? Sesuai dengan pilar pertama pencapaian visi Indonesia 2045, SDM dengan penguasaan iptek adalah yang diharapkan. Meski otomatisasi sudah merambah ke berbagai lini, tanpa ada SDM yang memiliki keterampilan dalam mengonsep, mencipta, hingga mengoperasikan, semua perangkat dan teknologi yang tersedia tidak akan berguna.

Keadaan saat ini, di mana pandemi belum berakhir dan sistem pembelajaran sudah kembali dilaksanakan secara tatap muka, sangat erat korelasinya dengan penciptaan SDM iptek.

Pandemi COVID-19 seolah membuka mata terhadap adanya kesenjangan dalam hal memperoleh pendidikan. Mulai dari fasilitas pendidikan, hingga keterampilan SDM. Contohnya, para siswa di daerah terpencil yang tidak mendapatkan materi pendidikan yang sama dengan siswa lainnya yang berada daerah yang lebih terjangkau. Karena itu, digitalisasi di dunia pendidikan sangat penting untuk mendorong proses transformasi, yang pada akhirnya akan mengubah sistem pendidikan secara menyeluruh. Guru dan siswa tak lagi wajib bertatap muka, dan sumber ilmu pengetahuan tak lagi bergantung atau berpusat pada guru.

Meski tahun ajaran 2022/2023 ini hampir seluruh institusi pendidikan melaksanakan pembelajaran secara tatap muka, tetapi akan lebih baik jika tetap menerapkan hybrid learning. Kita harus ingat bahwa digitalisasi yang dilakukan selama pandemi telah mengubah wajah pendidikan di Indonesia. Pendidikan bergeser, ilmu pengetahuan ada di mana-mana, sistem pembelajaran menjadi dua arah, pendidik berperan sebagai pendamping dan pembimbing bagi siswa. Implikasinya adalah peserta didik jadi lebih mandiri, kritis, kreatif, dan solutif.

Mengintegrasikan teknologi informasi, perangkat lunak pendidikan yang interaktif dan kelas konvensional merupakan jalan untuk memperkaya proses pembelajaran. Kemendikbudristek dalam publikasinya juga menyatakan bahwa digitalisasi sekolah akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.

Kembali pada tujuan kita untuk menciptakan SDM iptek, digitalisasi pendidikan menjadi cara yang paling mendasar untuk memperkenalkan peserta didik pada iptek. Hal itu bisa kita lakukan dengan mengenalkan dan menggunakan alat-alat dan/atau aplikasi yang memang ditujukan untuk pendidikan yang komunikatif dan kolaboratif dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Salah satu contoh dari alat tersebut adalah, Google Workspace for Education (pemerintah menyediakannya untuk sekolah-sekolah negeri melalui belajar.id).

Hal ini sejalan dengan program Merdeka Belajar yang diterapkan oleh Kemendikbudristek, yang ditujukan untuk mendukung para pendidik mengadaptasi pembelajaran secara daring, di mana telah dialokasikan anggaran untuk program Digitalisasi Sekolah, yang inisiatifnya berupa pendistribusian perangkat teknologi informasi dan pengembangan platform digital pendidikan secara gratis.

Beberapa alat dari Google Workspace for Education juga dapat menciptakan lingkungan belajar-mengajar yang membantu terciptanya personalisasi pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Mendikbudristek Nadiem Makarim tentang pentingnya teknologi di dunia pendidikan, personalisasi pembelajaran menjadi penting untuk memaksimalkan potensi peserta didik, karena membebaskan siswa dari paradigma pengajaran lama yang begitu membatasi potensi dan kreativitas mereka. Dengan digitalisasi pendidikan, para pendidik diharapkan untuk membangun pembelajaran guna mengembangkan kemampuan individu dari siswa-siswanya, sehingga siswa akan belajar lebih baik dan pencapaiannya lebih maksimal, sesuai dengan potensi mereka masing-masing.

Tak ada alasan bagi kita, para pendidik, untuk tidak mengadaptasi teknologi dalam proses belajar-mengajar sehari-hari. Kita bertanggung jawab untuk mempersiapkan Generasi Indonesia Emas, suatu generasi yang sarat dengan SDM iptek.

Apa lagi yang kita tunggu? Pemerintah melalui beberapa jajaran kementerian, termasuk Kemendikbudristek, telah memberikan dukungannya.

Dengan semangat Hakteknas, mari kita bersama-sama memodernisasi wajah pendidikan Indonesia demi tercapainya Generasi Indonesia Emas 2045.

Penulis : Astrid Prahitaningtyas

Artikel terkait: 

Share :

Related articles