Pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence – AI) sudah merasuki dunia pendidikan. Bagaimana generasi muda dapat belajar sehat dengan Artificial Intelligence?
Teknologi AI berkembang dengan sangat pesat dalam waktu beberapa tahun terakhir. Saking pesatnya, generasi zaman now sudah sangat terbiasa dengan keberadaan AI di sekeliling mereka. Sebuah survei pada bulan Mei 2024 menunjukkan sebanyak 86,21% peserta didik berusia 15 – 21 tahun di tingkat SMA dan perguruan tinggi mengaku menggunakan bantuan AI, setidaknya sekali dalam sebulan, untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Tak hanya itu, anak-anak sekarang juga sudah sangat fasih menggunakan AI dalam kehidupan sehari, seperti search engine, chatbot, penyunting video, voice assistant, dan sebagainya.
Meringkas penjelasan dari McKinsey & Company, AI adalah teknologi yang memungkinkan mesin atau komputer untuk berpikir, belajar, dan membuat keputusan seperti manusia. AI bekerja dengan cara memproses data dan informasi, kemudian memberi respons atau tindakan berdasarkan pola yang ditemukan dalam data tersebut. AI “belajar” dari data dan informasi yang diberikan dan/atau dari menjelajahi otomatis informasi publik yang tersedia, mirip seperti anak yang bersekolah dan diberikan informasi baru oleh gurunya serta belajar dari buku dan sumber lain untuk menambah pengetahuan.
Perkembangan AI yang terjadi begitu cepat menimbulkan reaksi yang beragam. Pertanyaan dasarnya adalah, apakah AI akan mengantarkan manusia pada kehidupan yang lebih baik atau justru menambah kerumitan baru? Tentu tidak ada jawaban hitam putih untuk pertanyaan ini. Seperti inovasi teknologi lainnya, AI dapat membawa peluang sekaligus risiko dalam pemanfaatannya.
Dalam kondisi yang masih penuh dengan ketidakpastian ini, pendidik dituntut untuk mengelola penggunaan AI dalam proses belajar mengajar, terutama agar dapat mengarahkan peserta didik untuk dapat menggunakan teknologi AI dengan sehat.
Tahun ini, UNESCO mengangkat tema “AI and Education: Human Agency in an Automated World” untuk Hari Pendidikan Internasional yang diperingati pada 24 Januari 2025. Tema tersebut mengingatkan kita semua pada kekuatan pendidikan untuk membekali individu dan masyarakat dalam menavigasi, memahami, dan memengaruhi kemajuan teknologi. Hal ini mendorong para penggiat di dunia pendidikan untuk selalu mempersiapkan diri dalam membina individu dan komunitas, sehingga menciptakan generasi muda yang dapat memahami dan menuai manfaat dari teknologi AI.
Nah, sebagai pendidik, bagaimana kita bisa mengarahkan siswa agar menggunakan AI secara sehat dalam proses belajar? Dan jika Anda adalah peserta didik, berikut beberapa ide belajar sehat dengan AI.
1. Menggunakan AI sebagai Mentor Virtual
Chatbot berbasis AI, seperti ChatGPT dan Gemini, dapat digunakan untuk mendapatkan penjelasan tambahan tentang materi yang sulit. Alih-alih menyalin pertanyaan/soal langsung ke chatbot, lebih baik gunakanlah untuk bertanya hal-hal yang masih belum dipahami.
Contohnya, saat mengerjakan tugas matematika, chatbot bisa menjadi mentor yang memeriksa hasil akhirnya. Beberapa chatbot sudah memiliki kemampuan untuk “membaca” gambar, sehingga siswa dapat mengambil foto proses pengerjaan soal dan mengunggahnya ke chatbot untuk “diperiksa”.
Contoh lain, chatbot juga bisa membantu menjelaskan perbedaan istilah-istilah yang terasa mirip. Siswa bisa bertanya ke chatbot, “Apa bedanya hear dan listen?”, dan chatbot akan membantu memberikan penjelasannya.
Siswa juga bisa mencari hubungan topik pembelajaran dengan implementasinya di dunia nyata. Misalnya, tanyakan pada chatbot, “Apa gunanya belajar sejarah?” atau “Bagaimana aplikasi bilangan prima dalam kehidupan sehari-hari?”.
Selain itu, chatbot juga bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan belajar individu secara spesifik, misalnya membuat ringkasan bab untuk mempersiapkan ujian, membuatkan materi belajar atau soal latihan sesuai dengan kelas dan topik, maupun membuatkan jadwal belajar harian.
Agar siswa bisa memahami cara menjadikan AI sebagai mentor virtual –dan bukannya joki tugas, pendidik perlu memberikan beberapa pertanyaan pemantik yang bisa mereka gunakan sehari-hari. Menyematkan AI sebagai mentor belajar bisa saja mendongkrak minat belajar siswa, karena belajar jadi semakin seru dan kreatif.
2. Meningkatkan Kreativitas dengan AI
Siswa dapat menggunakan alat berbasis AI untuk mendorong kreativitas mereka dalam berbagai bidang. Contohnya adalah aplikasi desain grafis seperti Canva yang dilengkapi fitur AI untuk merekomendasikan tata letak, warna, atau elemen desain. Dalam bidang seni, alat seperti DALL-E memungkinkan siswa menciptakan karya seni digital dengan memanfaatkan teknologi generatif.
Selain itu, siswa yang tertarik pada bidang musik dapat memanfaatkan platform seperti AIVA untuk membuat komposisi musik menggunakan bantuan AI. Dengan bimbingan yang tepat dari guru, siswa dapat mengeksplorasi kreativitas mereka tanpa kehilangan keunikan ekspresi pribadi.
3. Penguasaan Bahasa dengan AI
AI telah membawa kemajuan signifikan dalam pembelajaran bahasa. Aplikasi seperti Grammarly, Quillbot, dan DeepL dapat membantu siswa memperbaiki tata bahasa, ejaan, dan gaya penulisan mereka. Untuk mendukung pembelajaran lisan, platform seperti ELSA Speak menggunakan AI untuk melatih pengucapan dan intonasi siswa dalam bahasa Inggris. Dengan panduan personalisasi yang diberikan oleh AI, siswa dapat meningkatkan keterampilan berbahasa mereka secara signifikan.
Sementara itu, alat seperti Google Translate dan Microsoft Translator memungkinkan siswa belajar berbagai bahasa asing dengan lebih mudah. Juga tersedia Duolingo, yang menggunakan tenaga AI untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan bahasa siswa. Sistem ini memberikan materi tambahan atau tantangan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, sehingga mereka dapat belajar dengan lebih efektif.
4. Gunakan Teks-ke-Suara
Beberapa anak adalah pembelajar auditori, yakni, lebih mudah belajar melalui proses dengar. Anak didik dengan profil seperti ini akan sangat terbantu dengan fitur teks-ke-suara yang disediakan oleh beberapa AI. Alih-alih membaca, siswa dapat meminta AI untuk membacakan bahan pelajarannya sehingga siswa tinggal mendengarkan. Fitur ini tentunya juga sangat bermanfaat bagi tunanetra yang ingin menambah pengetahuannya dari sumber-sumber bacaan digital.
Selain bermanfaat bagi para pembelajar auditori, fitur AI ini juga sangat berguna bagi pembelajar yang ingin menyerap pengetahuan dan informasi saat mengerjakan hal lain. Selain bisa diulang-ulang hingga hafal atau paham, fitur teks-ke-suara AI bahkan ada yang sudah lebih canggih dan bisa menerjemahkan teks dan membacakannya dalam bahasa lain yang diinginkan. Kecanggihan ini menguntungkan pembelajar yang ingin mempelajari informasi yang tersedia dalam bahasa asing.
Sering disingkat sebagai TTS (text-to-speech), fitur ini kini umum tersedia di berbagai platform. Misalnya, Adobe Acrobat Reader yang kerap dipakai untuk membuka dokumen PDF memiliki opsi Read Out Loud. Ada juga Read Aloud dari Google. Dan, bagi yang ingin menyelami pelafalan bahasa asing serupa penutur asli bisa menekan ikon pengeras suara pada laman Google Translate
Demikianlah beberapa contoh dan ide pemanfaatan AI yang sehat dalam pembelajaran, dan sebenarnya masih banyak lagi yang dapat kita lakukan untuk memaksimalkan penggunaan AI dalam pendidikan. Implementasi AI dalam pembelajaran memberikan peluang luar biasa bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka.
Namun, penting bagi siswa, guru, dan orang tua untuk memastikan agar penggunaan AI dilakukan secara sehat dan bertanggung jawab. Dengan panduan yang tepat, AI dapat menjadi alat bermanfaat yang menjadikan pembelajaran lebih efektif, menyenangkan, dan inklusif. Untuk itu, REFO menggelar G-Schools Indonesia Summit 2025 yang mengangkat tema “AI : The New Frontier in Education” untuk mengeksplorasi lebih lanjut penerapan teknologi AI yang bertanggung jawab dalam pembelajaran berbasis Google, sekaligus untuk ikut membangun literasi AI di kalangan pendidik di tanah air. Mari bergabung dengan mendaftarkan diri Anda melalui tautan ini.
Selamat Hari Pendidikan Internasional. Mari bertekad untuk merangkul AI dalam lingkup pendidikan di Indonesia demi proses belajar mengajar yang jauh lebih baik.
Penulis: Dania Ciptadi
Editor: Astrid Prahitaningtyas
Artikel terkait:
- Peran Artificial Intelligence (AI) dalam Pendidikan Modern
- Gemini for Google Workspace: Asisten AI yang Mengubah Cara Kerja Kita
- Memaksimalkan Artificial Intelligence (AI) dalam Pendidikan Modern
- Artificial Intelligence (AI): Tantangan untuk Beradaptasi dan Berkembang dalam Pembelajaran Kreatif
- Artificial Intelligence (AI) dalam Pendidikan: Disrupsi atau Integrasi?