Pendidikan di Indonesia telah jauh melangkah sejak penetapannya pada tahun 1959. Dengan kemajuan teknologi, termasuk AI, bagaimanakah wajah pendidikan di negara kita saat ini?
Setiap tanggal 2 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) sebagai momentum refleksi terhadap perjalanan pendidikan di Tanah Air. Tema Hardiknas tahun 2025 adalah “Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua”, yang menegaskan pentingnya keterlibatan seluruh elemen masyarakat dalam membangun pendidikan yang berkualitas dan inklusif.
Mengapa Pendidikan Begitu Penting?
Mendikdasmen Abdul Mu’ti dalam Naskah Pidato dan Doa Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2025 menyatakan bahwa pada hakikatnya pendidikan adalah proses membangun kepribadian yang utama, akhlak mulia, dan peradaban bangsa. Secara individual, pendidikan adalah proses menumbuhkembangkan fitrah manusia sebagai makhluk pendidikan (homo educandum). Menguasai ilmu pengetahuan, memiliki keterampilan, dan berbagai bentuk kecerdasan memungkinkan kita meraih kesejahteraan dan kebahagiaan material dan spiritual.
Indonesia, dengan lebih dari 280 juta penduduk, adalah negara keempat terpadat di dunia. Sebagai anggota G20, Indonesia menempati urutan kedelapan terkaya dengan GDP sebesar 4,7 triliun dolar—melampaui Britania Raya, Prancis, Korea Selatan, dan Australia. Namun begitu, mengapa 60,3% penduduk Indonesia masuk dalam kategori miskin?
Kemiskinan dan pendidikan saling berkaitan. Kemiskinan menyebabkan terbatasnya akses kita terhadap pendidikan, dan kurangnya pendidikan dapat menyebabkan terjadinya kemiskinan. Hal ini tampak seperti lingkaran setan. Oleh karenanya, tepat apabila dikatakan bahwa dibutuhkan partisipasi semesta untuk membangun pendidikan yang berkualitas dan merata.
Partisipasi Semesta
Seperti kata pepatah kuno Afrika ‘it takes a village to raise a child’, yang menekankan bahwa pengasuhan anak tidak hanya menjadi tanggung jawab orang tua, tetapi juga melibatkan seluruh masyarakat. Begitu juga dengan pendidikan anak, bukan semata-mata hanya menjadi tanggung jawab guru, tetapi membutuhkan keterlibatan seluruh elemen masyarakat untuk pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan.
Kita harus menyadari bahwa pendidikan adalah investasi masa depan bukan hanya kebutuhan dasar. Pendidikan berkualitas akan menciptakan generasi yang berdaya saing global sehingga mampu membawanya pada tingkat kehidupan yang lebih baik.
Kemajuan Teknologi dan Wajah Pendidikan Indonesia Saat Ini
Teknologi telah membuka akses pemerataan melalui pembelajaran daring sehingga anak di wilayah terpencil memiliki akses ke materi yang sama dengan anak di kota besar. Bahkan secara global, dunia pendidikan telah memanfaatkan AI untuk memudahkan proses pembelajaran melalui fitur-fitur seperti voice assistant, mentor virtual, presentation translator atau smart content.
Namun, dalam praktiknya Indonesia masih mengalami kesenjangan karena sulitnya pemerataan akses pendidikan. Penyebabnya adalah tantangan berupa:
- Tantangan ekonomi: Belum meratanya akses dan infrastruktur
- Tantangan geografis: jarak rumah tinggal dan sekolah yang terlalu jauh
- Tantangan sosial: masih ada yang menganggap pendidikan bukan hal yang penting.
- Tantangan SDM: jumlah guru di terpencil hanya sedikit dan kualitasnya rendah.
Meski demikian, pemerintah terus berupaya untuk melakukan pemerataan melalui cara antara lain:
- Pemerintah daerah memperbaiki infrastruktur jaringan internet.
- Pendampingan penerapan kurikulum oleh sekolah penggerak.
- Menambah jumlah guru berkualitas.
Kolaborasi Lintas Sektor: Kunci Pemerataan Pendidikan
Kolaborasi seluruh lapisan masyarakat adalah kunci untuk mencapai pendidikan berkualitas dan merata.
- Pemerintah, sebagai pemangku kebijakan, memiliki peran yang sangat penting karena dapat membuat penguatan regulasi, alokasi anggaran untuk mendukung sistem pendidikan berkelanjutan.
- Swasta dan BUMN dengan memberikan dukungan finansial untuk biaya operasional; misalnya menguji inovasi dalam bidang pendidikan, pemberian beasiswa serta pelatihan kepala sekolah dan guru.
- Masyarakat atau komunitas lokal dan individu harus mampu menjadi penggerak dalam pelaksanaan program pendidikan sesuai kebutuhan di sekitarnya.
Mencetak Future Leaders
Masa depan ditentukan hari ini, dan itu adalah tanggung jawab kita sebagai individu dewasa untuk membimbing generasi muda agar menjadi pemimpin-pemimpin masa depan yang hebat.
Literasi digital dan AI memang sangat penting anak-anak kuasai di tengah pesatnya perkembangan teknologi. Namun juga ada banyak keterampilan lainnya beyond literasi digital dan AI, yang juga harus mereka miliki. Keterampilan yang tidak hanya ‘nice-to-haves’, tetapi juga penting untuk berkembang—dan bukan sekadar bertahan—di dunia yang digerakkan oleh AI.
The Future of Jobs Report 2025 rilisan World Economic Forum melaporkan bahwa banyak sekali keterampilan di luar literasi digital dan teknologi yang akan terus meningkat kebutuhannya hingga tahun 2030. Antara lain, seperti kemampuan berpikir kreatif; ketahanan, fleksibilitas, dan ketangkasan; keingintahuan dan pembelajaran seumur hidup; kepemimpinan, dan masih banyak lagi.
Meskipun pendidikan Indonesia masih menghadapi berbagai persoalan, tetapi dengan peran aktif seluruh elemen masyarakat, kita harus optimis dapat mencetak sumber daya manusia unggul. Pemimpin-pemimpin masa depan yang holistik; cerdas kognitif, kuat secara emosional dan spiritual, serta dengan fisik yang prima, juga memiliki leadership skill yang baik.
Dengan semangat Hardiknas, REFO mengajak seluruh pemangku kepentingan pendidikan untuk saling bergandeng tangan, bahu-membahu, dan bergotong royong mewujudkan pendidikan berkualitas dan merata.
Mempersiapkan pelajar masa kini untuk menghadapi masa depan membutuhkan lebih dari sekadar AI atau literasi digital. Generasi mendatang membutuhkan keterampilan penting serta ketahanan psikologis untuk benar-benar berkembang di dunia yang digerakkan oleh AI.
Untuk itu, REFO kembali menggelar Indonesia Future of Learning Summit (IFLS) dengan tema “AI-ducated: Unlocking The Future with AI Skills and Beyond”, yang memanggil kita untuk membuat keputusan strategis sekarang sehingga anak-anak kita tidak hanya siap untuk apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi juga diberdayakan, baik secara mental maupun emosional, untuk memimpin di masa depan.
Penulis: Yanti Damayanti
Editor: Astrid Prahitaningtyas
Artikel terkait:
- AI dan Kebiasaan Membaca Buku: Antara Janji Futuristik dan Tantangan Saat Ini
- Menavigasi Dunia Digital dengan Penguasaan Analisis Data
- Pembelajaran Seni Sastra: Masih Perlukah?
- Dream Big, Vision-focused, and Let’s Make Indonesia Greater!
- Guru: Profesi yang Tak Tergantikan
- Pembelajaran Multibahasa Berbasis Bahasa Ibu