Apakah seni sastra masih diperlukan dalam era digital seperti sekarang ini? Sebagai pendidik, mari kita diskusikan hal ini.
Tanggal 21 Maret diperingati sebagai Hari Puisi Sedunia. Dipraktikkan sepanjang sejarah -di setiap budaya dan di setiap benua- puisi berbicara tentang kemanusiaan dan nilai-nilai yang kita anut bersama, mengubah puisi yang paling sederhana menjadi katalisator yang kuat untuk dialog dan perdamaian. Puisi merupakan salah satu karya sastra yang mengutamakan kata-kata sebagai pembangun imajinasi. Bahasa di dalam puisi terikat oleh rima dan irama serta penyusunannya berdasarkan bait dan larik.
Seni sastra sering dianggap sebagai subjek yang ketinggalan zaman dan kurang relevan dalam era digital. Banyak yang berpikir bahwa mempelajari sastra hanyalah untuk mereka yang memiliki minat khusus atau ingin menjadi penulis, padahal sastra itu sangat penting karena membaca dapat merangsang imajinasi anak, memperkaya kosakata dan meningkatkan pemahaman terhadap suatu isi bacaan, dapat belajar untuk memahami perasaan orang lain, dan menanamkan nilai-nilai moral kepada anak.
Berikut adalah manfaat mempelajari sastra:
- Membangun kesadaran moral. Dengan membaca karya sastra, kita dapat memahami berbagai dilema moral yang dihadapi umat manusia. Kita juga dapat belajar tentang cara membuat keputusan etis.
- Mengembangkan empati. Dengan membaca karya sastra, kita bisa belajar tentang pengalaman orang lain. Kita juga bisa belajar melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda dengan sudut pandang kita sendiri.
- Meningkatkan kesadaran diri. Dengan membaca karya sastra, kita bisa belajar tentang diri kita sendiri serta kelebihan dan kekurangan kita. Kita juga bisa belajar menjadi orang yang lebih baik.
- Mendorong kreativitas. Dengan membaca karya sastra, kita dapat mempelajari berbagai teknik penulisan dan gaya bahasa. Kita juga bisa belajar mengekspresikan diri secara kreatif.
- Meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Dengan membaca karya sastra, kita dapat belajar berpikir kritis terhadap berbagai fenomena sosial dan budaya. Kita juga bisa belajar mengenali bias dan propaganda.
- Memperkuat kemampuan bahasa dan komunikasi. Dengan membaca karya sastra, kita akan terpapar pada beragam kata, frasa, dan struktur kalimat yang mungkin tidak kita temui dalam percakapan sehari-hari. Hal ini secara alami memperkaya kemampuan bahasa kita.
- Memperluas wawasan sosial dan budaya. Melalui karya sastra dari berbagai negara dan periode sejarah, kita dapat memahami perspektif yang beragam, serta memperluas wawasan tentang dunia.
- Melatih daya imajinasi. Dalam dunia yang semakin terfokus pada fakta dan data, kemampuan untuk berpikir kreatif dan imajinatif menjadi semakin berharga. Sastra mendorong kita untuk membayangkan dunia yang berbeda, karakter yang belum pernah mereka temui, dan skenario yang belum pernah kita alami.
Manfaat seni sastra sudah jelas, tetapi bagaimana cara menyajikan seni sastra agar lebih menarik di sekolah?
Sebagai generasi digital native, tentunya siswa akan lebih tertarik untuk berinteraksi dengan sastra jika terkait teknologi, seperti film pendek, podcast, atau media sosial. Metode pembelajaran sastra konvensional akan menjadi monoton untuk siswa. Gunakan media digital untuk “memaksa” siswa berinteraksi dengan sastra.
Dalam memahami karya sastra, guru juga perlu melakukan diskusi terbuka dua arah. Ciptakan ruang aman bagi siswa untuk memberikan interpretasi mereka terhadap karya sastra tersebut tanpa takut salah atau dihakimi. Kaitkan juga tema dalam karya sastra ke isu-isu yang relevan dengan kehidupan masyarakat saat ini.
Mengingat besarnya manfaat seni sastra sebagai alat ampuh untuk mengembangkan berbagai keterampilan penting yang dibutuhkan siswa di dunia yang kompleks dan terus berubah ini, pendidik perlu terus berupaya untuk mencari cara kreatif agar siswa tertarik pada, bahkan mencintai, seni sastra. Dalam rangka memperingati Hari Puisi Sedunia, mari kita kembangkan pendidikan sastra di sekolah, karena sastra bukan hanya tentang kata-kata, tetapi juga tentang kehidupan itu sendiri—tentang kemanusiaan, tentang dunia, dan tentang kemungkinan tak terbatas di luar imajinasi.
Penulis: Dania Ciptadi
Editor: Astrid Prahitaningtyas
Artikel terkait: