Akan jadi seperti apakah bumi ini setelah pandemi selesai? Akankah langit tetap berwarna biru? Akankah dunia terus berputar dan menggerus kenangan sebelum pandemi, ataukah dunia hanya sedang berhenti sementara waktu dan akan kembali bergulir ketika pandemi selesai?
Menyambut Hari Pendidikan Nasional 2022 ini yang jatuh bertepatan dengan Hari Raya Lebaran, kemungkinan besar segala perayaan nasional akan ditunda sampai setelahnya. Tapi Hari Pendidikan Nasional tetap menjadi momentum saya berhenti sejenak dan berpikir tentang masa depan. Khususnya masa depan setelah pandemi COVID-19 ini.
Akankah anak-anak kita siap menghadapi masa depan? Terus terang, saya tidak tahu jawabannya. Begitu banyak perubahan yang terjadi gara-gara pandemi. Manusia, saya dan Anda, menanggapi perubahan-perubahan ini dengan beberapa jenis respon. Jenis respon pertama, yaitu menerima dan legawa. Menutup bisnis, gulung tikar, pulang kampung, meratapi nasib, dan sebagainya. Jenis respon kedua adalah tidak terima dan menolak kenyataan. Bahwa perubahan ini adalah hanya sementara, dan sebentar lagi kondisi akan kembali seperti sebelum pandemi. Pandemi ini adalah sekedar rekayasa dan permainan politik, jadi tidak usah diikuti himbauan pemerintah dan pihak-pihak otoritas lainnya. Jenis respon ketiga adalah menerima dan merangkul perubahan. Merubah arah bisnis, menyesuaikan produk dan layanan, memanfaatkan waktu untuk menimba ilmu, intinya membangun diri dan bisnis agar tetap eksis dan bahkan bertambah kuat untuk masa pandemi dan setelahnya.
Saya penganut jenis respon ketiga. Saya melihat perubahan-perubahan yang tengah terjadi sekarang adalah titik awal dari dunia yang akan dihadapi anak-anak kita setelah masa pandemi. Perubahan-perubahan ini penting untuk kita perhatikan, karena sangat erat kaitannya dengan perubahan cara belajar, cara bekerja, dan cara hidup kita di masa kini dan mendatang.
Beberapa perubahan yang dipacu oleh pandemi diantaranya adalah:
- Kehadiran secara virtual mulai diterima sebagai norma. Tidak melulu kita diharapkan hadir secara fisik. Kehadiran kita dapat digantikan secara virtual.
- Segala sesuatu yang digital mulai diterima umum sebagai bukti otentik setara dengan bukti fisik. Tanda tangan digital kita memiliki bobot yang sama dengan tanda tangan fisik.
- WFH atau Work From Home menjadi hal biasa, sedangkan WFO atau Work from Office menjadi tidak biasa. Ruangan kantor dan gedung-gedung megah mulai ditinggalkan. Work From Anywhere bukan sesuatu yang asing lagi.
- Ketidakmampuan sebuah bisnis untuk merangkul teknologi dalam produk dan jasanya menjadikan pandemi sebagai ujung jalan bisnis tersebut, sedangkan yang dapat berpivot cepat menjadikan pandemi ini sebagai peluang untuk mencapai target audiens yang lebih luas.
- Kesempatan untuk belajar apa saja semakin terbuka luas lewat platform digital. Pembelajar dapat memilih dengan bebas mau belajar apa dan dari siapa. Pembelajar memiliki kesadaran dan akses informasi yang luas untuk dapat menentukan pilihannya sesuai dengan kebutuhannya.
Jika hal-hal di atas tengah terjadi saat ini, maka tidak heran pada tahun 2045 nanti mereka akan semakin diterima sebagai hal normal dalam masyarakat dunia. Jadi, bagaimana kita baiknya mempersiapkan anak-anak kita untuk masa depan?
Yang pertama, pastikan dulu Anda dan manajemen sekolah Anda siap menerima perubahan masa kini. Cara mengujinya mudah, lihat apakah kegiatan Anda dan kegiatan di institusi apakah masih tergantung sepenuhnya pada metode luring, ataukah sudah bergeser ke metode hibrida. Hingga kalau misalnya dibutuhkan, Anda dan seluruh penggerak institusi dapat sigap menanggapi situasi dan beralih ke daring sepenuhnya. Hal ini menjamin bahwa segala proses, khususnya belajar-mengajar, tidak akan terputus, terlepas dari situasi yang dihadapi oleh sekolah.
Yang kedua, apakah Anda dan manajemen sekolah siap menerima bukti otentik dalam bentuk digital? Karena jika ya, berarti institusi Anda sudah bergeser menjadi lebih dinamis karena tidak terikat tempat dan waktu. Dan jika ya, berarti institusi juga berkomitmen untuk mempersiapkan infrastruktur pendukung seperti ketersediaan koneksi internet dan layanan-layanan yang dibutuhkan untuk hal tersebut. Yang tentunya dapat dimanfaatkan juga oleh Anda, para guru dan anak-anak didik Anda, untuk kebutuhan belajar-mengajar.
Yang ketiga, apakah Anda sebagai pendidik dan pemimpin institusi merangkul kesempatan untuk belajar dari mana saja, dan mendorong rekan-rekan untuk terus belajar dari mana saja? Begitu banyak sumber-sumber pembelajaran yang berseliweran di dunia maya, yang aksesnya sekarang terbuka lebih luas karena pandemi (bahkan banyak kursus-kursus yang diadakan secara gratis). Dengan begitu, Anda sedang mendorong terbentuknya komunitas dan ekosistem pembelajar sepanjang hidup, bagi guru-guru dan juga anak-anak didik Anda, karena anak-anak didik kita akan mencontoh para gurunya.
Jadi, apakah langit Indonesia akan lebih biru setelah pandemi nanti? Mungkin ya, mungkin juga tidak. Yang pasti, dunia tidak sedang berhenti dan tidak akan menunggu kita untuk mengejar ketinggalan. Dunia akan terus berubah, dan menjadi tanggung jawab kita sebagai pendidik di sekolah dan di rumah untuk mempersiapkan anak-anak kita. Dunia masa depan adalah dunia yang lebih dinamis, terintegrasi dengan teknologi, yang memberikan kesempatan dan peluang luas bagi anak-anak kita untuk berkarya. Jikalau kita siap merangkul perubahan saat ini, anak-anak didik pasti kita akan mengikuti jejak kita.
Selamat Hari Pendidikan Nasional!
Penulis : Pepita Gunawan
Artikel Terkait :
- Cepat! Waktu Berkarya Hampir Habis
- Lebih Baik Mana : Belajar dengan atau Tanpa Teknologi
- Guru Mahir Teknologi = Murid Optimal Belajar