Anak-anak perlu memahami hak-hak dasarnya yang tertuang di dalam hak asasi manusia. Anak yang mengenali haknya dan memahami kesetaraan akan tumbuh menjadi anak berkarakter kuat, memiliki kepercayaan diri, dan peduli terhadap sekitarnya.
Di dalam hati setiap orang, rasa kesetaraan dan keadilan sebenarnya sudah ada secara bawaan. Kita, termasuk anak-anak, akan merasa terusik ketika ada yang diperlakukan secara tidak adil. Ketika ada anak yang diperlakukan berbeda dari saudaranya, atau dari teman-teman sekelasnya, hati anak tersebut akan terusik. Mereka mungkin masih belum memahami arti kata ‘tidak adil’, tetapi hati mereka memahami bahwa perlakuan tersebut tidak benar.
Anak-anak sudah mengenali rasa ketidakadilan dan ketidaksetaraan, oleh karenanya, mengajarkan tentang konsep ini tidaklah sulit. Perkenalkan hak-hak mereka sesuai usianya.
Usia TK ke Atas
- Hak kesetaraan
Pada usia prasekolah, anak-anak mulai mampu diajak berdiskusi dan mengemukakan pendapat, sehingga konsep hak dapat mulai diperkenalkan. Hak pertama dan wajik diajarkan ke semua anak ada hak kesetaraan. Ajarkan bahwa kita semua setara di mata Tuhan sehingga kita harus memperlakukan semua orang (dan diperlakukan) secara setara dan adil.
Berikan contoh-contoh konkrit mengenai kesetaraan, seperti:
- Berteman dengan semua orang tanpa memandang perbedaan;
- Membantu orang lain tanpa melihat siapa yang akan ditolong;
- Membela teman yang diperlakukan secara tidak adil;
- Dll.
Misalnya saat ada peristiwa perundungan and pencemoohan di sekolah, ajak anak untuk menempatkan dirinya pada situasi orang lain. Kita bisa ajak bicara anak, contohnya, “Kira-kira Adik sedih tidak kalau tidak ada yang mau berteman dengan Adik hanya karena rambut Adik keriting?”
- Hak bermain
Anak-anak usia TK ke atas juga sudah dapat diajarkan mengenai hak bermain. Seringkali orang tua maupun guru segan untuk mengajarkan tentang hak bermain, karena takut anak akan lupa dengan tanggung jawabnya. Padahal, ketika anak meminta hak bermainnya pada saat kewajibannya belum terpenuhi, momen tersebut sangat tepat untuk mengajarkan tentang keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Jangan menghardik anak yang meminta hak bermainnya, tetapi ajaklah berdiskusi, misalnya, “Kan janjinya Adik bermain setelah selesai menyiram tanaman? Kalau tugas Adik sudah selesai, Ibu juga tidak akan melarang Adik bermain, kok.”
Dengan percakapan seperti ini, anak akan memahami bahwa adanya kewajiban yang harus dipenuhi bukan berarti hak bermainnya hilang.
- Hak mendapat perlindungan
Selain hak bermain, anak-anak masa prasekolah ini juga dapat diperkenalkan dengan hak mendapat perlindungan. Ajarkan ke mereka bahwa ketika mereka merasa takut atau tidak aman, mereka dapat mencari perlindungan ke orang dewasa yang dapat dipercaya, seperti orang tua atau guru.
Jangan hardik mereka dengan ucapan “cengeng!” atau “begitu saja takut!”, melainkan sambut mereka dengan tangan terbuka sembari menanyakan alasan ketakutan mereka. Di dalam zona aman inilah seringkali kasus perundungan atau pelecehan dapat ditemukan dan kemudian ditangani.
Usia SD ke Atas
- Hak belajar
Pada usia sekolah formal ini, sangat tepat untuk mengajarkan hak belajar. Ajarkan kepada mereka bahwa semua anak berhak untuk belajar. Ceritakan pula tentang anak-anak yang tidak bisa belajar karena orang tuanya tidak mampu menyekolahkan. Dapat juga diceritakan tentang program sekolah gratis dari pemerintah yang dimaksudkan agar semua anak mendapat hak belajarnya.
Anak usia 10 tahun ke atas juga dapat diajak diskusi mengenai ragam lingkup belajar. Bahas bersama mereka medium belajar yang tidak selalu harus di sekolah, tetapi juga bisa dari bacaan, media digital, permainan, hingga mengenyam beragam pengalaman seperti bertemu dengan orang dari negara-negara berbeda, mencoba menginap di pedesaan, atau mempelajari hal baru seperti membuat kue.
- Hak sehat dan hak makan
Mereka perlu mengetahui bahwa mereka berhak untuk hidup sehat dan tidak kelaparan. Mengajarkan kedua hak ini terutama penting di lingkungan sekolah, karena dapat menjangkau anak-anak yang di rumahnya mengalami penyiksaan, seperti tidak diberi makan, dibiarkan sakit tanpa diobati, atau bahkan disakiti, agar mereka berani bersuara dan mencari perlindungan.
Usia SMP ke Atas
- Hak berpartisipasi dalam membangun negara
Selain semua yang sudah disebutkan sebelumnya, para remaja juga dapat diajarkan tentang hak berpartisipasi dalam membangun negara.
Jelaskan bahwa setiap orang berhak untuk merasa menjadi bagian dari negara, dan salah satu caranya adalah melalui partisipasi aktif dalam membangun negara. Partisipasi ini dapat mulai dilakukan di lingkungan terkecil, misalnya di rumah, sekolah, dan lingkungan sekitar. Partisipasi yang dilakukan bisa sesederhana membuang sampah di tempatnya dan mematuhi aturan yang ada, karena dengan melakukan kedua hal ini maka mereka sudah turut membangun lingkungan yang bersih, rapi, dan teratur.
Selain itu, anak-anak juga dapat berpartisipasi dengan memberi masukan. Agar anak-anak terbiasa mengemukakan pemikirannya, biasakan untuk mendengar pendapat mereka di rumah, sekolah, maupun lingkungan lainnya. Tanyakan gagasan mereka untuk pesta sekolah, untuk menu masakan di rumah, atau untuk gaya kamar yang diinginkan saat akan merenovasi rumah.
Ketika anak mengenali haknya, mereka menjadi anak yang tidak mudah dirundung, dan bahkan mampu melindungi anak lain yang kurang mengerti haknya. Mereka akan tumbuh menjadi manusia berkarakter kuat, berjiwa adil, dan peduli terhadap sesamanya.
Penulis : Dania Ciptadi