Dengan adanya gawai dan internet, dunia di sekitar kita terasa bising. Anak-anak perlu dipersiapkan dengan kemampuan untuk memilah informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu masalah (Abstraksi). Simak contoh kegiatan sederhana untuk memperkenalkan konsep abstraksi kepada anak di sekolah dan di rumah.
Di artikel sebelumnya kita sudah membahas mengenai pentingnya menguasai Computational Thinking (CT) bagi generasi mendatang. Dalam artikel ini, kita akan fokus bicara tentang abstraksi, salah satu dari 4 pilar CT (Abstraksi, Algoritma, Dekomposisi dan Pengenalan Pola).
Apa itu Abstraksi ?
Di dalam YouTube Bebras Indonesia, Prof Inggriani Liem menjelaskan, abstraksi adalah kemampuan untuk membedakan mana yang penting dan mana yang kurang penting (prioritising). Tujuan abstraksi adalah untuk mengetahui informasi penting mana yang harus diketahui untuk menyelesaikan sebuah persoalan. Dengan kata lain bisa disimpulkan bahwa abstraksi adalah suatu kemampuan untuk memilah informasi yang penting untuk menyelesaikan sebuah persoalan.
Bayangkan kita berada di sebuah ruangan dengan banyak benda, jika kita ingin mencari sebuah buku di dalam ruangan itu, maka mata kita akan fokus mencari bentuk buku dan mengabaikan meja makan, TV, mainan atau kipas angin yang kita lihat.
Kemampuan untuk mengetahui benda/ informasi mana yang kita perlukan untuk menyelesaikan sebuah persoalan adalah kemampuan yang sangat berguna bagi anak didik di masa depan.
Abstraksi di Sekolah
Tahukah Anda, sebenarnya abstraksi sudah sering digunakan dalam keseharian mata pelajaran? Abstraksi tidak hanya berguna di pelajaran komputer, faktanya abstraksi adalah cara berpikir yang bisa diterapkan ke dalam berbagai kegiatan lintas mata pelajaran, seperti contoh berikut ini:
1. Berbelanja dengan daftar belanja
Mengajak anak berbelanja ke supermarket adalah kegiatan yang bagus untuk melatih kemampuan abstraksi. Orang tua bisa menunjukkan bagaimana supermarket dibagi menjadi bagian-bagian tertentu, mulai dari sayuran dan buah segar, daging, makanan kering, kudapan, dll.
Ajak anak untuk menemukan benda dengan merk tertentu yang ingin Anda beli. Misalnya sabun, anak akan belajar bahwa untuk mencari sabun, mereka harus pergi ke bagian sabun dan shampo. Di bagian sabun ada banyak merk sabun yang dijual, minta anak untuk memprioritaskan mencari merk yang ingin Anda beli.
Setelah menemukan benda yang dimaksud, jelaskan kepada anak bahwa proses mencari benda tersebut adalah proses abstraksi. Anak fokus mencari benda yang perlu dibeli dan mengabaikan (filtering out) benda-benda atau merk lain. Begitu juga misalnya Anda ingin membeli beras, maka anda harus fokus ke bagian beras dan mengabaikan bagian sabun.
2. Menceritakan ulang kejadian hari ini di sekolah
Pertanyaan sederhana seperti, “Bagaimana hari ini di sekolah?” juga merupakan suatu sarana untuk melatih abstraksi. Ada ratusan kejadian yang terjadi sejak anak keluar dari rumah untuk pergi ke sekolah hingga tiba kembali di rumah. Sepanjang perjalanan anak mungkin melihat banyak mobil, motor, toko, pohon dan lampu merah. Namun yang anak ceritakan mungkin hanya satu benda yang berkesan dan dianggap penting oleh anak Anda
Ketika menjawab pertanyaan Anda, di dalam benaknya, anak melakukan abstraksi. Dari sekian banyak hal yang terjadi dan telah ia lihat, Anak memilah hal apa yang paling membekas dan ingin ia ceritakan kepada Anda.
Ada banyak manfaat melakukan kegiatan-kegiatan sederhana di atas. Pertama, orang tua dan guru melatih anak untuk mengasah kemampuan prioritising. Kedua, ketika kelak anak-anak mempelajari abstraksi dengan lebih mendalam, mereka tidak kaget karena sudah ada dasar yang ditanamkan. Ketiga, kegiatan menceritakan ulang bisa meningkatkan kedekatan antara orang tua dan anak. Anak terbuka membagikan buah pikirannya kepada orang tua.
Ternyata banyak sekali ya, manfaat melakukan abstraksi bagi perkembangan intelektual dan emosi anak-anak kita. Yuk, kita lakukan masukan kegiatan abstraksi ke dalam keseharian kita.
Artikel-artikel REFO terkait :