Hybrid Learning seperti telah menjadi sebuah keniscayaan di tengah keadaan dunia yang penuh dengan ketidakpastian. Nah, apakah seluruh SDM yang terlibat telah sepenuhnya siap?
Mungkin Anda menyadari bahwa akhir-akhir ini REFO banyak mengangkat tema mengenai hybrid learning, dalam sebuah rangkaian publisitas #sekolahselalusiap, baik melalui media sosial maupun artikel dalam blog. Mengapa hal ini dilakukan? Karena REFO ingin mengajak Anda semua untuk menyadari bahwa di tengah keadaan dunia yang penuh dengan ketidakpastian, kita harus memastikan kegiatan belajar mengajar tidak terhenti.
Pandemi COVID-19 cukup menjadi pelajaran, jika kita hanya mengandalkan pembelajaran tatap muka, maka pada saat terjadi sesuatu yang “memaksa” kita semua untuk tetap tinggal di rumah, pembelajaran berhenti. Dan di awal masa pandemi, hampir seluruh institusi pendidikan gagap dalam menemukan solusi.
Bukannya mengharapkan hal buruk terjadi, tetapi bagaimana jika tiba-tiba terjadi pandemi lagi? Atau bencana alam yang mengharuskan kita untuk tetap tinggal di rumah. Bahkan baru beberapa minggu lalu, akibat polusi udara di Jabodetabek, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyarankan agar kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh kembali diberlakukan. Tak perlu ada situasi ekstrem, peristiwa nasional seperti KTT ke-43 ASEAN cukup membuat Pemerintah DKI Jakarta menerapkan kebijakan WFH dan PJJ.
Pada artikel sebelumnya, REFO telah menuliskan bahwa hybrid learning adalah solusi terbaik untuk kondisi yang tak terduga. Juga telah diterbitkan sebuah artikel tentang persiapan yang harus sekolah lakukan.
Di era yang sarat dengan teknologi ini, mari kita beranggapan bahwa semua sekolah telah siap secara infrastruktur untuk melaksanakan hybrid learning. Namun, bagaimana dengan sumber daya manusianya? Apakah semuanya juga sudah siap? SDM di sini bukan hanya pendidik dan peserta didik, tetapi juga para pemimpin institusi pendidikan dan orang tua murid. Hal ini perlu dipastikan, karena semua itu merupakan bagian ekosistem pendidikan yang tidak bisa dipisahkan.
Pemimpin Institusi Pendidikan
Pertama, kita harus memastikan bahwa para pemimpin sekolah, dalam hal ini juga termasuk jajaran manajemen, sudah terlebih dahulu siap melakukan hybrid learning. Karena segala keputusan dan kebijakan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar harus dari atas. Selain itu, Anda yang duduk sebagai pemangku kebijakan di sekolah, harus dapat menjadi contoh bagi seluruh jajaran kependidikan di ekosistem Anda. Tanpa itu semua, pelaksana tidak akan memiliki pegangan dan panduan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Pendidik
Selanjutnya adalah jajaran pendidik. Mereka adalah ujung tombak kegiatan pembelajaran. Kita harus memastikan bahwa para pendidik paham betul tentang hybrid learning ini, dan dapat mengoptimalkan teknologi yang digunakan dalam pelaksanaannya.
Untuk memastikan hal tersebut, apa yang bisa sekolah lakukan?
- Pastikan para guru memiliki literasi digital, yang merupakan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang memungkinkan kita untuk menavigasi dunia digital yang semakin global secara aman dan berdaya, serta sesuai dengan budaya dan konteks lokal.
- Pastikan guru memiliki sertifikasi yang dibutuhkan dalam menjalankan hybrid learning, dalam hal ini memanfaatkan teknologi yang digunakan secara optimal untuk pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk memastikan kompetensi dan konsistensi guru dalam mendayagunakan teknologi.
- Tak cukup hanya memiliki sertifikat pendukung, sekolah juga harus memastikan bahwa para pendidik ini diberdayakan dan dimampukan untuk dapat melaksanakan hybrid learning secara berkesinambungan untuk jangka panjang. Pastikan juga bahwa hal ini memiliki pengaruh kuat terhadap pertumbuhan dan jenjang karir mereka, karena tentunya hal ini akan menjadi motivasi tersendiri bagi para pendidik tersebut.
Hal-hal tersebut di atas dapat dilakukan sekolah dengan cara mengikutsertakan para guru dalam pelatihan-pelatihan atau diklat-diklat untuk mendapatkan sertifikat kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan hybrid learning jangka panjang. Harap diingat, bahwa kita membutuhkan hybrid learning ini secara berkelanjutan, bukan sekedar musiman.
Banyak sekali tersedia pelatihan maupun diklat daring untuk hal ini, beberapa contohnya, antara lain:
- Professional Certificate in Hybrid Teaching and Learning, Republic Polytechnic, Singapura
- Teaching Certificate: Online and Hybrid Learning Design, Northwestern University, Evanston, Illinois, AS
- Hybrid and Online Teaching Certification, University of Washington, Tacoma, Washington, AS
- Microsoft Certified Educators
- Google Certified Educators
- dll.
Siswa
Setelah para pemangku kebijakan/pemimpin dan pendidik siap untuk melaksanakan hybrid learning, yang perlu kita pastikan juga siap adalah para peserta didik. Pastikan mereka dapat mengikuti proses belajar mengajar yang dilakukan secara hybrid itu dengan baik dan lancar.
Tak hanya pendidik, para siswa pun harus memiliki keterampilan digital yang mumpuni. Mereka juga harus dapat menavigasi pembelajaran yang sarat dengan pemanfaatan teknologi. Namun, bagaimana caranya?
Selain guru harus memperkenalkan literasi digital dan mengajarkan agar para siswa menjadi warga digital yang bertanggung jawab, sekolah juga dapat menyiapkan sertifikasi-sertifikasi untuk para peserta didik tersebut. Mirip dengan para guru, sertifikasi untuk siswa itu untuk memastikan bahwa para siswa dapat memanfaatkan teknologi secara optimal untuk pembelajaran.
Sekolah dapat mengeluarkan program sertifikasi itu sendiri, disesuaikan dengan kebutuhan dari para siswa. Atau dapat bekerja sama dengan pihak lain, untuk menyiapkan program sertifikasi untuk siswa yang tailor-made. Sertifikasi itu bukan sekedar digunakan untuk pelaksanaan hybrid learning selama di sekolah, tetapi juga supaya para siswa itu memiliki standar tertentu dalam pemanfaatan teknologi. Standar tersebut akan menjadi nilai lebih bagi para lulusan memiliki keterampilan khusus, yang dapat digunakan di kemudian hari, baik pada saat mereka berada di perguruan tinggi, maupun di dunia kerja. Hal ini tentu juga memberikan benefit tersendiri untuk sekolah sebagai positioning branding dalam industri pendidikan.
Orang Tua Siswa
Jika sekolah, pemimpin, dan pendidik telah siap melaksanakan hybrid learning, tentu kita tidak lagi perlu khawatir dengan para siswa pada saat mereka di sekolah. Namun, bagaimana pada saat mereka berada di rumah? Terutama anak-anak di jenjang PAUD dan SD. Tentunya orang tua juga harus siap mendampingi anak-anaknya memanfaatkan teknologi.
Sekolah tidak boleh melupakan keberadaan para orang tua ini, dan juga berkewajiban untuk memberdayakan mereka demi kelancaran pelaksanaan hybrid learning.
Apa yang bisa sekolah lakukan?
- Yang pertama, tentunya sekolah juga harus siap untuk melatih para orang tua siswa untuk dapat mengoptimalkan teknologi, sesuai dengan kebutuhan pembelajaran anak-anaknya.
- Sekolah dianjurkan untuk membentuk komite, yang tugasnya secara khusus memberikan bimbingan berkesinambungan untuk para orang tua siswa ini. Sehingga para orang tua tahu harus berkonsultasi dengan siapa jika mereka menemukan kesulitan sehubungan dengan penggunaan teknologi, seiring dengan terlaksananya hybrid learning.
- Sekolah dianjurkan secara aktif memberikan penyuluhan kepada para orang tua siswa, meminta mereka untuk membentuk semacam asosiasi/perkumpulan agar para orang tua ini dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain, demi lancarnya pelaksanaan hybrid learning.
Nah, teman-teman pejuang pendidikan di Indonesia, demikian sekelumit tentang persiapan SDM untuk pelaksanaan hybrid learning. Seperti yang pernah saya sebutkan dalam tulisan saya tahun lalu, teknologi dan pendukung digitalisasi bukan solusi sementara, yang digunakan hanya semasa pandemi untuk melakukan PJJ, tetapi merupakan sebuah investasi yang diperlukan kalau sekolah ingin progresif, dan siswa-siswanya menjadi lebih kompetitif dalam persaingan global di masa depan.
Dan sekali lagi, hybrid learning ini merupakan sebuah keniscayaan dalam menghadapi keadaan dunia yang tak menentu. Saya yakin, tak ada satu pun dari kita yang ingin melihat pembelajaran di Indonesia terhenti, karena apa pun.
Yuk, kita semua jadi yang terdepan dalam #sekolahselalusiap, tak peduli apa pun yang terjadi di dunia ini.
Salam hangat,
Pepita
Artikel terkait:
- Persiapan yang Harus Sekolah Lakukan dalam Menghadapi Keadaan yang Tidak Pasti
- Hybrid Learning: Solusi Terbaik untuk Kondisi yang Tidak Terduga
- Transformasi Digital dengan Google for Education
- Tren Teknologi Pendidikan Selepas Pandemi
- Pentingnya Digitalisasi Pendidikan Menuju Generasi Indonesia Emas 2045
- PTM 100%: Lupakan Pembelajaran Daring?