Libur panjang sekolah segera tiba, jangan biarkan kebiasaan baik anak-anak hilang karena liburan yang tidak terstruktur. Bagaimana caranya?
Anak-anak yang hilang rutinitasnya selama liburan mungkin tampak bahagia di awal karena merasa bebas. Namun, Oxford Learning menemukan bahwa minimnya struktur saat libur panjang kerap berakibat pada turunnya motivasi serta meningkatnya rasa gelisah dan tidak aman, karena rutinitas merupakan fondasi yang kokoh bagi anak dalam menapaki hidup.
Meski liburan, anak-anak tetap perlu jadwal rutin karena penting bagi perkembangan dan kesehatan mental mereka. Rutinitas seperti tidur, makan, dan mengerjakan kewajiban harus dijaga, meski sesekali boleh dilonggarkan saat momen khusus seperti ulang tahun, kedatangan tamu, atau petualangan spontan. Intinya, stabilitas rutinitas tetap diutamakan.
Pertama, tetapkan jadwal tidur, bangun, dan makan yang konsisten setiap hari. Waktu bisa disesuaikan dari hari sekolah, misalnya tidur lebih malam dan bangun lebih siang, asalkan tetap teratur.
Selanjutnya, rencanakan tugas dan tanggung jawab anak selama liburan sebagai daftar misi harian. Anak bisa mengumpulkan poin dari tiap misi untuk ditukar dengan hadiah di akhir liburan. Konsep gamifikasi ini efektif memotivasi mereka menjalani liburan dengan cara yang sehat.
Ide aktivitas yang bisa digamifikasi selama liburan:
- Pekerjaan rumah tangga: mencuci piring, menyapu, memasak, dan sebagainya bisa dijadikan bagian dari permainan pengumpul poin. Sesuaikan poin dengan tingkat kesulitan dan kemampuan anak: 2 poin untuk tugas mudah, 5 poin untuk tugas yang jarang dilakukan tapi sudah dikuasai, dan 10–20 poin untuk tugas yang masih perlu dipelajari.
- Eksplorasi pengetahuan: dorong anak mengeksplorasi pengetahuan baru tiap hari sesuai minat mereka, seperti ke museum, mengenal tanaman, ikut kelas seni, eksperimen, atau membaca buku. Karena butuh usaha lebih, berikan poin besar (misal: 20–50 poin) sesuai tingkat kesulitan agar mereka termotivasi dan tidak asal memilih pengetahuan yang mudah atau bergantung pada AI.
Misi tetap bisa dilakukan saat liburan ke luar kota dengan menyesuaikan tugas, seperti belanja, membawa koper, atau menjaga adik. Eksplorasi pengetahuan juga tetap berjalan lewat belajar budaya lokal, bahasa baru, atau kegiatan setempat lainnya.
Beberapa hal yang perlu diingat oleh orang tua dan wali saat menjalankan gamifikasi di atas:
- Pertanggungjawaban poin. Anak perlu memenuhi standar tertentu dalam menyelesaikan tugas sebelum mendapat poin, agar tidak asal-asalan. Jika belum memenuhi standar, beri kesempatan untuk memperbaiki. Penilaian bisa dilakukan oleh orang tua atau orang dewasa lain yang mendampingi.
- Memotivasi konsistensi. Agar anak semangat dan konsisten melaksanakan misinya, sematkan bonus ganda untuk tugas yang dilakukan berturut-turut tanpa ada hari kosong. Misalkan: bonus x1,1 di hari kedua, x1,2 di hari ketiga, dan seterusnya. Jika ada hari yang kosong (karena anak tidak mengerjakan misi), maka poin akan kembali ke poin awal.
Meski tampak rumit, tetapi sebenarnya sederhana. Orang tua cukup atur jadwal tidur dan makan, lalu biarkan anak memilih misi harian dari daftar yang tersedia. Anak kecil mungkin butuh bantuan, tetapi menurut Scholastic, anak usia 6–7 tahun dengan perkembangan kognitif normal sudah cukup penasaran dan bisa mulai menjalankan misi secara mandiri.
Dengan liburan yang digamifikasi serta jadwal yang terstruktur, liburan akan berjalan dengan seru dan produktif tanpa harus mengorbankan rasa aman anak. Anak bahagia, orang tua lega, dan sekolah akan mendapatkan murid yang tetap terjaga kebiasaan baiknya selama liburan panjang.
Yuk, mulai rencanakan misi harian liburan anak sekarang juga.
Penulis: Dania Ciptadi
Editor: Astrid Prahitaningtyas
Artikel terkait: