Cerdas Berinternet: Periksa Fakta, Baru Bicara

cerdas berinternet refo

Banyaknya hoaks yang beredar di masyarakat merupakan indikasi bahwa sebagian warga Indonesia belum melek digital. Bagaimana seharusnya kita bersikap?

Setiap hari kita dibanjiri informasi melalui ponsel. Bisa dari berbagai situs web, media sosial, hingga grup WhatsApp. Kita tak lagi harus berlangganan koran, menonton berita di televisi, atau mendengarkan radio. Informasi dapat kita jangkau di mana dan kapan pun, dengan mudah dan gratis.

Sayangnya, kemudahan dan kepraktisan itu ternyata menimbulkan dampak yang cukup “destruktif”, karena banyaknya disinformasi. Sedihnya, tak sedikit masyarakat yang “termakan” oleh informasi tanpa sumber yang jelas itu. Parahnya, informasi sesat itu dibagikan ratusan bahkan ribuan kali, sehingga makin banyak orang yang terjebak dalam lembah hoaks. Batasan antara benar dan salah jadi makin abu-abu.

Dalam serial webinar edukasi yang diselenggarakan Refo Indonesia dan Mafindo yang bertema “Periksa Fakta Baru Bicara”, dipaparkan hasil dari omnibus survey oleh Nielsen tahun 2022. Sebanyak 39% responden menyatakan bahwa mereka tidak pernah terpapar hoaks. Ini bukan fakta positif, justru mengindikasikan bahwa masih banyak masyarakat yang tidak bisa membedakan mana berita yang sahih dan mana yang hoaks. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia darurat edukasi tentang literasi digital, khususnya kemampuan berpikir kritis untuk membedakan berita benar dan hoaks.

Silma Agbas selaku perwakilan dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) memaparkan ciri-ciri hoaks, sebagai berikut:

  1. Judul yang bombastis
  2. Alamat situs web tidak jelas
  3. Tidak mencantumkan nama penulis dan redaksi
  4. Narasinya provokatif
  5. Adanya manipulasi foto dan keterangan gambar (caption)
  6. Adanya permintaan untuk disebarluaskan atau diviralkan.

Tak bisa dipungkiri, kekuatan judul memang begitu kuat. Ini yang dimanfaatkan para penulis media daring untuk menggiring pembaca agar mengklik tautan tersebut (click bait). Ini sebenarnya sah-sah aja, tetapi banyak media yang melakukan segala cara untuk mendapatkan klik. Salah satunya, membuat judul yang sangat provokatif dan mengandung unsur ketidakbenaran. Ketika pengunjung membaca badan artikel, tak sedikit yang merasa “terpedaya”, karena judul dan isi artikel sering kali tak berkaitan.

Sumber: turnbackhoax.id

Selain disinformasi seperti contoh di atas, ada pula hoaks yang benar-benar diciptakan untuk menggiring opini. Biasanya hoaks ini disebarkan melalui laman di Facebook atau di grup WhatsApp. Seperti hasil survei Nielsen di atas, mungkin saja orang membagikan informasi tanpa sadar bahwa ia tengah menyebarkan hoaks. Namun, ada juga yang memang sengaja menyebarkan hoaks untuk tujuan tertentu.

Lalu, bagaimana kita menyikapi hal ini?

Segera cek fakta! Silma Agbas membagikan tip agar kita tidak mudah terjerat hoaks, yaitu “mempersenjatai” diri dengan beberapa cara sebagai berikut:

  1. Melakukan pemeriksaan secara manual

Kita harus membiasakan diri untuk selalu memeriksa kebenaran dari sebuah informasi. Lakukan “pemindaian” dengan memperhatikan penulisan judul, kesinkronan dengan keterangan gambar, dan logika dari sebuah kalimat.

Periksa juga kesahihan sebuah informasi dengan cross-check ke media-media arus utama. Hindari cross-check dari media yang redaksinya tidak jelas, dan bahkan belum terverifikasi oleh Dewan Pers Nasional.

  1. Gunakan alat periksa fakta

Kita bisa memeriksa fakta menggunakan beberapa alat. Yang paling mudah adalah menggunakan mesin pencari, jika banyak ditemukan informasi yang sama yang dikeluarkan oleh media arus utama dan/atau lembaga otoritatif, maka informasi itu dapat dipertanggunjawabkan kebenarannya. Tak hanya berita, kita juga bisa memeriksa kesahihan sebuah foto menggunakan mesin pencari.

  1. Cek di situs web pencari fakta

Kita juga memeriksa kesahihan sebuah berita melalui beberapa situs web, misalnya turnbackhoax.id atau cekfakta.com. Kita juga bisa bergabung ke grup di Facebook, antara lain Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH).

  1. Gunakan aplikasi antihoaks

Ada beberapa aplikasi antihoaks yang bisa kita unduh dan gunakan, salah satunya adalah Hoax Buster Tools. Di sini kita bisa mendapatkan konfirmasi sebuah berita atau melaporkan temuan hoaks.

  1. Mengikuti kelas periksa fakta

Masih bingung membedakan antara fakta dan hoaks? Ikuti Kelas Cek Fakta dari MAFINDO, agar lebih melek digital. Kelas ini dibuka untuk umum dan gratis. 

Simak pemaparan lengkap mengenai cara memeriksa fakta sebuah informasi dalam webinar ini.

Penulis: Diah Lucky Natalia

Artikel terkait:

Share :

Related articles