Indonesia memiliki banyak sosok perempuan hebat, salah satunya adalah dr. Debryna Dewi Lumanauw. Seorang perempuan bersemangat tinggi, yang tak lelah “blusukan” untuk melakukan edukasi tentang kesehatan. Yuk, simak kisah dokter hebat ini.
Sejarah mencatat nama-nama perempuan hebat yang telah menciptakan perubahan besar, yang bahkan mampu menembus sistem feodal. Sebut saja RA Kartini, Maria Walanda Maramis, Ruhana Kuddus, dan Dewi Sartika. Atau mereka yang mengangkat senjata di medan perang, seperti Cut Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia, dan Martha Christina Tiahahu. Di zaman yang modern, ada dr. Herawati Sudoyo, M.S., Ph.D., yang berjuang menembus tembok sains dan menjadi salah satu pendiri Lembaga Eijkman, yang telah melebur ke Badan Riset dan Inovasi Nasional. Dan tentunya masih banyak lagi perempuan hebat lainnya.
Salah satunya adalah dr. Debryna Dewi Lumanauw. Seorang dokter perempuan bersemangat tinggi, yang tak lelah “blusukan” ke pedalaman untuk melakukan edukasi kesehatan. Perempuan muda ini juga anggota Basarnas, yang selalu menjadi garda terdepan saat terjadi bencana di Indonesia.
Dalam Indonesia Edu Webinar yang bertajuk “Memaksimalkan Peran Kita”, Debryna membagikan ceritanya menjadi saksi mata ketidakmerataan kesejahteraan kesehatan di Indonesia. Saat memulai kariernya, Debryna tak membutuhkan waktu lama untuk menyadari bahwa ada masyarakat Indonesia mengalami kesenjangan kesehatan yang lebar.
“Bagi kita yang di kota besar, mungkin memang mudah mengakses fasilitas kesehatan, tetapi teman-teman kita di pedalaman dan desa menghadapi kondisi yang sangat berbeda,” katanya.
Debryna terenyuh ketika menyadari bahwa di daerah tempatnya bertugas terdapat tabung oksigen, tetapi tidak ada isinya. Untuk mengisinya, harus menyeberang pulau terlebih dahulu menggunakan kapal. “Pernah juga ada orang tua membawa anaknya ke tempat saya karena kejang demam. Setelah dicari, obat yang tersedia sudah expired semua,” tambahnya.
Sebagai perempuan, bisa dibilang Debryna sudah mendobrak stigma tentang perempuan yang dianggap lemah dan tidak bisa memiliki karier cemerlang. Di Basarnas, yang notabene anggotanya kebanyakan laki-laki, ia berhasil menempatkan diri sejajar dengan rekan kerjanya, dan menjadi salah satu dari empat perempuan yang berkarier di sana.
Debryna mengakui bahwa ia menghadapi tantangan besar dalam menjalankan perannya, khususnya saat awal pandemi COVID-19 di Indonesia. Debryna adalah salah satu dokter pertama yang bertugas di Wisma Atlet. Jam kerja yang panjang hanyalah satu dari banyak hal yang harus ia lalui. “Waktu awal pandemi, kami yang bertugas di Wisma Atlet mengerjakan semuanya. Dari periksa pasien sampai bersih-bersih, karena waktu itu belum ada cleaning service,” ujarnya.
Kondisi itu tentu membutuhkan stamina dan determinasi yang tinggi, dan Debryna telah membuktikan bahwa perempuan masa kini mampu menjalani peran yang sama dengan laki-laki. Baginya, stigma terhadap perempuan tak membuatnya patah arang. Ia tak memusingkan pandangan sekitar yang mungkin meragukan kemampuannya. Debryna meyakini bahwa setiap langkahnya didasari atas passion yang besar, yang membuatnya memiliki semangat dan konsistensi dalam merengkuh sebanyak-banyaknya impian, dan menyentuh semakin banyak orang melalui edukasi tentang kesehatan.
Berasal dari keluarga sederhana dan tumbuh besar di Magelang, Debryna bersyukur memiliki orang tua yang tidak pernah meremehkan impiannya. Sempat memiliki banyak cita-cita, tetapi akhirnya Debryna menjatuhkan pilihannya pada profesi dokter.
Dalam menjalani profesinya, Debryna berpegang pada prinsip menjadi dokter yang berdampak. Kecintaannya membaca jurnal medis membuatnya memiliki banyak pengetahuan, yang tak segan-segan ia bagikan kepada setiap orang dan di setiap kesempatan. Kerinduannya akan kesehatan yang merata di Indonesia membuatnya sering mengunjungi daerah-daerah pedalaman, dan berbagi ilmu pada masyarakat sekitar.
Debryna juga kerap menggaungkan suaranya melalui akun media sosialnya. “Saya melakukannya dengan tujuan tertentu. Untuk mewujudkan impian besar ini, saya tidak bisa sendirian. Semua pihak harus bergerak. Pemerintah, LSM, yayasan, semuanya. Saya mulai mengedukasi teman-teman melalui media sosial. Harapannya, semakin banyak yang tergerak, dan suatu saat nanti kemerataan kesehatan di Indonesia dapat terwujud,” ungkapnya.
Bercermin pada perjalanan karier dan pencapaian Debryna, mewujudkan impian bukanlah hal yang mudah. Talenta saja tak cukup, dibutuhkan konsistensi dan semangat tinggi. Semenantang apa pun perjalanan itu, kita tak boleh menyerah.
Selamat mengejar impian!
Penulis: Diah Lucky Natalia
Artikel terkait:
- Multiperan Perempuan tanpa Harus Memilih
- Investasi Pendidikan untuk Perempuan sebagai Modal Generasi Penerus Bangsa
- Semangat Perempuan Mendobrak Tembok Tinggi Sains
- Bukan Kebayaan, Ini Esensi Peringatan Hari Kartini
- Bias Gender: Masih Relevan?
- Merayakan Perempuan, Memperjuangkan Kesetaraan