Guru Inovatif, Siswa Aktif Mandiri

hari guru nasional

Sebagai pengajar di abad ke-21, para guru dituntut untuk terus belajar dan berinovasi, baik dalam hal materi pelajaran hingga metode belajar mengajar dan manajemen kelas. Keterampilan ini sangat dibutuhkan untuk menjalankan strategi diferensiasi Kurikulum Merdeka yang diharapkan dapat mencetak Generasi Emas 2045.

Kurikulum terdiferensiasi dirancang untuk merayakan keunikan setiap siswa dan mempersiapkan mereka menjadi sumber daya unggul di masa depan. Dalam sebuah lingkungan pendidikan terdiferensiasi, murid dapat mengembangkan kemampuan dasar sesuai kapasitasnya sekaligus memaksimalkan bakat dan kecakapan uniknya.

Untuk menjalankan diferensiasi yang efektif, peranan guru sangatlah penting karena gurulah yang berinteraksi secara langsung dengan siswa dalam aktivitas belajar sehari-hari. Dari interaksi tersebut, guru perlu mengamati dan mengenali setiap siswa agar dapat memetakan kekuatan, kelemahan, dan area pengembangan setiap siswa. Selain itu, guru juga perlu terus berinovasi dalam mencari metode belajar mengajar yang efektif sekaligus menarik agar dapat membangun minat belajar murid.

Di bawah ini adalah tiga contoh teknik diferensiasi yang dapat dilakukan oleh para guru di sekolah untuk meningkatkan minat murid di kelas.

  1. Memfasilitasi gaya belajar yang berbeda

Setiap orang memiliki cara belajarnya masing-masing. Menurut teori Barbe and Milone, terdapat tiga gaya belajar, yaitu visual, auditori, dan kinestetik. 

Pembelajar visual lebih mudah menyerap dan memahami informasi melalui sensori penglihatannya; pembelajar auditori melalui sensori pendengarannya; sedangkan pembelajar kinestetik melalui gerakan aktif badannya. Dari ketiga ini, kategori yang paling umum adalah Visual (30% dari populasi) dan Campuran (30%), disusul dengan Auditori (25%), dan Kinestetik (15%). Data ini menyiratkan bahwa guru perlu bervariatif dalam menyampaikan materi pelajarannya agar peluang pemahaman setiap siswa semakin tinggi.

Teknik visual dapat dilakukan melalui video penjelasan maupun bantuan visual seperti peta konsep, penggunaan warna-warna berbeda, hingga coretan gambar saat menjelaskan. Teknik auditori dapat dilakukan dengan menghafal lewat lagu, nada, atau ritme, maupun membahas topik pelajaran melalui percakapan diskusi. Teknik kinestetik sendiri mengajak siswa untuk aktif bergerak, dari hal sederhana seperti menggambar diagram dan mencatat materi pelajaran, hingga beraktivitas penuh misalnya mengajarkan konsep Pusat Gravitasi pada Obyek melalui permainan membangun gedung antigempa dari sekumpulan stik es krim yang kemudian akan diuji dengan menggoyang-goyangkan meja sebagai representasi gempa bumi.

  1. Pembelajaran aktif

Seringkali siswa lebih memahami materi pelajaran saat berpartisipasi langsung. Dalam konsep pembelajaran aktif, guru sebagian besar berfungsi sebagai mentor.

Salah satu contoh kegiatan ini misalnya dalam pelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Jika tujuan pembelajarannya adalah menguasai olah angka pada komputer, maka guru dapat meramu permainan seputar penguasaan tersebut.

Contoh, murid diberikan sebuah file data statistika asli tentang populasi Indonesia per provinsi berikut demografisnya. Guru kemudian menjabarkan “cara bermainnya”, termasuk apa yang diharapkan dari para siswa. Contohnya, menganalisa data dan mencari informasi krusial untuk dilaporkan ke Presiden, dan apa parameter keberhasilannya.

Dalam satu aktivitas di atas, para siswa berlatih keterampilan olah data di komputer, mengasah daya analisa, sekaligus belajar berkomunikasi. Sepanjang kegiatan ini, guru cukup memandu prosesnya: membantu individu yang kurang memahami teknis mengolah data di komputer, menuntun siswa yang menemukan jalan buntu, atau melemparkan pertanyaan kritis agar siswa terbiasa untuk menyiapkan rasionalisasi di balik jawaban atau keputusannya.

  1. Mengarahkan siswa untuk berpikir secara mandiri

Mendorong siswa untuk dapat menjadi pemelajar mandiri memang terasa berat di awal karena guru tidak dapat “menyuapi” jawaban. Dalam membentuk karakter pemelajar yang mandiri, guru berperan sebagai pemandu.

Begitu siswa memahami cara belajar secara mandiri, guru pun berubah fungsi menjadi ‘teman belajar’. Dalam peran ini, siswa akan terbiasa mengolah otak untuk berpikir kritis dan belajar mencari tahu sendiri. Mayoritas peran guru akan berada di seputar melemparkan pertanyaan kritis dan melepaskan petunjuk sedikit demi sedikit tanpa memberikan jawaban akhirnya. Berikan dorongan dan dukungan positif bagi para siswa yang mencoba menjawab, meskipun jawabannya salah.

Contoh pertanyaan kritis yang akan melahirkan diskusi menarik bagi para siswa:

  • Mengapa banyak orang tetap memilih hidup di kaki gunung berapi yang masih aktif, padahal berbahaya?
  • Bagaimana cara mencari area trapesium jika lupa dengan rumusnya?
  • Apa yang akan terjadi jika kepadatan penduduk di sebuah daerah terlalu tinggi?

Dengan metode belajar-mengajar yang aktif dan kreatif seperti di atas, diharapkan minat belajar siswa akan semakin meningkat dan murid akan semakin mandiri serta bertanggung jawab terhadap proses pembelajarannya sendiri. Pembentukan karakter pemelajar seperti inilah yang akan menjadi fondasi kuat dalam melahirkan generasi unggul Indonesia Emas 2045. 

Semangat, Guru Indonesia, di tangan kalianlah generasi masa depan bangsa ini bertumpu.

Selamat Hari Guru Nasional!

Penulis : Dania Ciptadi

Artikel terkait:

Share :

Related articles