Membangun Nilai-nilai Pancasila di Rumah

pancasila

Salah satu cara mencapai terciptanya Generasi Emas Indonesia 2045 adalah dengan mengajarkan asas-asas Pancasila dalam kehidupan anak sehari-hari. Apa saja yang bisa dilakukan oleh keluarga di rumah untuk menekankan hal ini? Tema-tema Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) berikut dapat digunakan sebagai panduan.

Pancasila adalah Dasar Negara Indonesia yang berisikan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara. Di dalam Rumusan Pancasila inilah tertampung cita-cita para Pendiri Bangsa untuk Indonesia yang berketuhanan, toleran, bergotong-royong, bersatu teguh, demokratis, dan memiliki empati.

Agar anak-anak tumbuh menjadi bangsa berpancasila, Kemendikbudristek RI membuat program Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dalam Kurikulum Merdeka.

Terdapat tujuh tema umum P5. Kegiatan seputar tema-tema ini dapat dilakukan juga di lingkungan keluarga agar karakter Pancasila terpupuk dalam diri anak secara berkelanjutan. Berikut adalah penjelasan dan contoh kegiatan dari setiap tema P5.   

Tema 1: Gaya Hidup Berkelanjutan

Tema ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman anak terhadap dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan sekitarnya. Tujuan dari tema ini adalah membangun kesadaran anak agar berperilaku ramah lingkungan dan mencari solusi dari masalah lingkungan.

Aktivitas yang dapat dilakukan:

Mengajarkan hemat listrik

Mayoritas alat elektronik melepaskan energi panas yang dapat memperparah pemanasan global. Ajak anak untuk mengamati alat-alat elektronik di rumah dan menganalisis tingkat panasnya saat dinyalakan selama beberapa waktu.

Memisahkan jenis sampah

Kurangi pencemaran lingkungan dengan mengenali jenis-jenis sampah. Sampah organik seperti bekas makanan, kulit pisang, kayu, dan daun kering dapat digunakan kembali sebagai pupuk kompos. Sampah dari bahan plastik, kertas dan kardus, kaca atau gelas, dan kaleng dapat diserahkan ke lembaga daur ulang agar diolah dan digunakan kembali.

Tema 2: Kearifan Lokal

Saat ini Indonesia sedang menghadapi krisis identitas nasional akibat globalisasi, sehingga budaya lokal semakin luntur dan kehilangan peminat. Tema ini diharapkan dapat membangun kembali minat anak-anak terhadap budaya dan kearifan lokal Indonesia yang pluralistis. 

Aktivitas yang dapat dilakukan:

Berwisata ke daerah-daerah lain di Indonesia

Ajaklah anak-anak berlibur ke daerah lain di Indonesia yang memiliki budaya berbeda dari tempat asal mereka. Beberapa wisata budaya yang menarik antara lain adalah Tana Toraja (Sulawesi Selatan), Museum Ullen Sentanu (Yogyakarta), upacara-upacara besar agama Hindu seperti Upacara Ngaben, Upacara Melasti, Pawai Ogoh-ogoh dan sebagainya (Bali), atau ke desa-desa adat seperti di Ratenggaro (Sumba), Desa Dayak Pampang (Samarinda), dan Wae Rebo (Flores).

Belajar kesenian lokal

Anak dapat menonton dan/atau mempelajari kesenian daerah sesuai minatnya, seperti membatik, membuat layang-layang, wayang kulit, ataupun tari-tarian yang telah mendunia, seperti Tari Kecak, Tari Jaipong, Tari Saman, dan lain-lain.

Tema 3: Bhinneka Tunggal Ika

Tema ini mengajak anak untuk membangun dialog beretika tentang keberagaman kelompok suku, ras, agama, dan golongan lainnya yang ada di Indonesia. Anak juga belajar untuk lebih kritis serta instropektif dalam menelaah stereotipe suatu kelompok, serta memahami dampak konflik dan kekerasan. 

Aktivitas yang dapat dilakukan:

Menonton film edukatif seputar keberagaman

Perlihatkan bagaimana masyarakat dengan latar belakang yang berbeda-beda dapat tetap saling membantu, menghargai, dan bekerja sama. Salah satu film yang dapat ditonton adalah Laskar Pelangi.

Menyaksikan dan mempelajari keberagaman di Indonesia

Misalnya, dengan menyaksikan upacara Galungan dan Kuningan di Bali; mengikuti meriahnya perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Dengan menyaksikan keberagaman secara langsung, anak akan belajar tentang toleransi.

Tema 4: Bangunlah Jiwa dan Raganya

Tema ini diharapkan dapat membangun kesadaran dan keterampilan anak dalam memelihara kesehatan fisik dan mentalnya sendiri, maupun orang sekitarnya. Topik besar yang perlu ikut dibahas adalah tindakan perundungan, yang saat ini kian merebak seiring masifnya penggunaan internet.

Aktivitas yang dapat dilakukan:

Membangun komunikasi terbuka di dalam keluarga

Secara konsisten, bangun komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, agar anak tidak sungkan untuk berbagi cerita dengan keluarganya, terutama ketika terjadi hal yang tidak menyenangkan seperti perundungan. Komunikasi positif dengan lingkungan terdekatnya akan membangun anak bermental kuat.

Beraktivitas fisik secara rutin

Aktivitas fisik membantu mengeluarkan hormon yang membuat badan dan pikiran rileks, sehingga akan turut membantu menjaga kesehatan mental. Aktivitas fisik tidak selalu harus berolahraga, tetapi juga bisa mengajak anak berkebun, mendaki bukit, memasak, ataupun bersepeda.

Tema 5: Suara Demokrasi

Hidup di negara demokrasi, anak perlu memahami hak berpendapat serta konsep musyawarah mufakat yang menjadi dasar demokrasi Pancasila.

Aktivitas yang dapat dilakukan:

Memupuk keberanian dan adab berpendapat

Ajak anak untuk ikut memutuskan sesuatu (tujuan liburan, hadiah ulang tahun untuk saudaranya, dll) serta pastikan anak merasa pendapatnya didengar. Di lain sisi, ajarkan juga untuk menghargai pendapat orang lain dengan tidak memotong pembicaraan atau mengecilkan pendapat yang berbeda.

Menyelesaikan konflik melalui musyawarah

Jika anak berselisih dengan seseorang, biasakan mereka untuk bermusyawarah dalam mencari solusi yang dapat diterima semua pihak, tentunya dengan panduan orang dewasa. Dengan membiasakan hal ini, anak akan belajar manajemen konflik, membuka pikirannya terhadap pendapat yang berbeda, dan siap menghadapi konflik secara sehat.

Tema 6: Berekayasa dan Berteknologi Membangun NKRI

Tema ini bertujuan untuk meningkatkan daya pikir kritis, kreatif, dan inovatif anak dalam membangun solusi berteknologi yang bermanfaat.

Aktivitas yang dapat dilakukan:

Merancang rekayasa teknologi di rumah

Cari solusi teknologi untuk situasi di rumah, misalnya untuk mempermudah pemilahan jenis sampah dan pengairan taman di rumah, dengan memakai bahan-bahan yang tersedia. Ajarkan konsep peribahasa “tak ada rotan, akar pun jadi” untuk mendorong anak berpikir kreatif dalam mencari solusi.

Bermain dengan konsep sains

Sains ada di tengah kita. Perkenalkan anak dengan konsep sains sederhana dan ajak bermain dengan konsep sains yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, seperti membuat sabun, membangun mobil (Tamiya atau Lego Technic), dan membuat pupuk kompos dari daun kering dan sampah organik rumah tangga.

Tema 7: Kewirausahaan

Pada tema Kewirausahaan, anak belajar tentang ekonomi serta kaitannya dengan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

Aktivitas yang dapat dilakukan:

Memberikan uang jajan secara mingguan atau bulanan

Karena tidak diberikan harian, maka anak harus belajar mengelola keuangannya agar cukup hingga jadwal uang jajan selanjutnya. Ajarkan tentang konsep menabung, prioritas kebutuhan, serta konsekuensi pengelolaan keuangan yang buruk.

Mengajarkan konsep pasar

Ajarkan mengenai penjual dan pembeli yang saling bertukar nilai. Ajak anak mencari uang dengan menjajakan sesuatu yang bernilai, terutama terkait isu lingkungan dan sosial. Contoh: mengolah ulang kaleng dan botol bekas menjadi karya seni atau barang berguna untuk dijual kembali, atau menjual barang-barang tidak terpakai di rumah untuk kemudian uangnya digunakan untuk membeli kebutuhan pokok yang lalu disumbangkan ke pihak yang membutuhkan.

Masa depan Indonesia ada di tangan anak-anak masa kini. Jika mereka terbiasa mengamalkan asas-asas Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Generasi Emas 2045 bukanlah hanya mimpian belaka. Tugas ini bukan hanya menjadi tanggung jawab institusi pendidikan, tetapi juga keluarga.

Selamat memperingat Hari Lahir Pancasila.

Penulis: Dania Ciptadi

Artikel terkait:

Share :

Related articles