Pembelajaran Tidak Relevan, Murid Bingung

hari anak nasional

Setiap anak memiliki hak untuk belajar. Hal yang perlu dicermati adalah bagaimana memberikan pembelajaran yang sesuai dengan konteks, agar lebih tepat guna dan sasaran.

Pasal 9 UU RI No. 23 Tahun 2022 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa salah satu hak anak adalah memperoleh pendidikan dan pengajaran. Namun, ada satu hal yang perlu dicermati lebih lanjut dalam hal materi pelajaran yang diberikan, yaitu mengenai konteks setempat.

Pelajaran yang dikaitkan dengan konteks setempat dapat disebut juga dengan contextual teaching and learning (CTL) atau proses pembelajaran kontekstual. Ini merupakan konsep belajar yang mengaitkan materi pembelajaran dengan dunia nyata siswa sehingga mereka memahami cara penerapan pengetahuan yang dipelajarinya ke dalam kehidupan mereka sehari-hari. 

Menurut Times Higher Education, belajar secara kontekstual dapat membantu siswa memahami relevansi pengetahuan dan keterampilan terkait, serta meningkatkan motivasi dan keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran. Di lain sisi, pembelajaran tanpa mempertimbangkan konteks dapat membatasi kemampuan dan bahkan mengurangi minat siswa untuk mempelajari dan menggunakan pengetahuan tersebut di dunia nyata.

Meskipun kurikulum Indonesia memiliki standar sasaran pembelajaran yang berlaku secara nasional, tetapi pengajar tetap harus mampu membawakan materi sesuai dengan konteks kehidupan peserta didiknya. Kepiawaian pendidik dalam melokalisasi materi pembelajaran sangat dibutuhkan, agar semua siswa di Indonesia dapat sama-sama menikmati manfaatnya secara optimal.

Jadi, apa yang bisa kita lakukan?

Kreatif.

Kita harus kreatif saat mengajar. Sebisa mungkin, kita harus menyesuaikan pembahasan di dalam kelas sesuai dengan konteks lingkungan dan kedaerahan, agar siswa lebih mudah memahami.

Ketika siswa merasa materi pelajarannya tidak relevan atau bahkan berbeda dari kenyataan kehidupan sehari-harinya, maka kemungkinan besar mereka akan jadi lebih tertutup untuk menyerap pembahasan topik tersebut.

Berikut contoh pembahasan yang tidak kontekstual dan berisiko membuat murid bingung:

  • Membahas nasi sebagai makanan pokok untuk anak-anak di wilayah Indonesia Timur. Hal ini berpotensi menciptakan kebingungan pada siswa. Bagi masyarakat Indonesia Timur, sagu merupakan makanan pokok. Karena hal ini sudah menjadi tradisi dan merupakan bagian dari budaya.
  • Menyertakan walang sangit saat membahas ekosistem sawah dengan pelajar di kota besar, karena organisme ini jarang, dan bahkan tidak pernah, ditemui di wilayah perkotaan.

Lokalisasi bahasan materi.

Salah satu mata pelajaran yang dapat dilokalisasi adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), karena kondisi alam di setiap wilayah Indonesia sangat unik. Indonesia diwarnai dengan kota metropolitan, kota kecil, pedesaan, pegunungan, perhutanan, pantai, dan sebagainya.

Tentunya materi dasar sains yang diajarkan harus tetap sama, tetapi kepiawaian guru dan sekolah untuk menghubungkan materi tersebut dengan kondisi daerah tempat tinggalnya akan meningkatkan minat murid untuk mempelajarinya. Misalnya, saat membahas topik tumbuh-tumbuhan:

  • Pelajar yang tinggal di daerah pesisir dapat melakukan pengamatan langsung tentang hutan bakau dan tumbuh-tumbuhan di sekitar pantai untuk mempelajari lebih jauh tentang pentingnya penanaman bakau untuk mencegah erosi serta menjaga ekosistem pantai.
  • Pelajar yang tinggal di sekitar perhutanan dapat melakukan pengamatan langsung ke hutan untuk belajar tentang berbagai jenis tanaman dan cara menjaga hutan dan ekosistem yang ada di dalamnya.
  • Pelajar di perkotaan dapat belajar menanam tumbuh-tumbuhan di lahan perkotaan, misalnya, dengan sistem hidroponik, menanam pohon buah, atau menanam tanaman bunga pot yang dapat dihubungkan dengan efek rumah kaca yang dihasilkan oleh kota padat penduduk dan kendaraan.

Dengan tim pendidik yang proaktif mempersiapkan bahasan yang relevan, diharapkan anak-anak Indonesia akan semakin meminati topik terkait dan mendapatkan hasil belajar yang optimal untuk mencapai Generasi Emas 2045.

Selamat Hari Anak Nasional!

Penulis: Dania Ciptadi

Artikel terkait:

Share :

Related articles